Alkes Ritel, Penyedia Alkes Terlengkap di Jawa Barat

Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium terlengkap di Jawa Barat. Hubungi kami untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: alkesritel.blogspot.com.

Alkes Ritel, Penyedia Alkes Terlengkap di Jawa Barat

Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium terlengkap di Jawa Barat. Hubungi kami untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: alkesritel.blogspot.com.

Alkes Ritel, Penyedia Alkes Terlengkap di Jawa Barat

Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium terlengkap di Jawa Barat. Hubungi kami untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: alkesritel.blogspot.com.

Alkes Ritel, Penyedia Alkes Terlengkap di Jawa Barat

Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium terlengkap di Jawa Barat. Hubungi kami untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: alkesritel.blogspot.com.

Alkes Ritel, Penyedia Alkes Terlengkap di Jawa Barat

Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium terlengkap di Jawa Barat. Hubungi kami untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: alkesritel.blogspot.com.

Penyedia Alat Kesehatan Terlengkap

Kami penyedia jasa supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, medical, mechanical, elektrical, environmental engineering terlengkap dan terpercaya. Kami melayani penjualan retail dan pemesanan khusus.

Untuk informasi lanjut, hubungi kami di
no telp -,
email: alkesritel@yahoo.com
website: alkesritel.blogspot.com.

Selasa, 30 April 2013

Makanan dan Minuman yang Buruk bagi Tulang

Kompas.com - Banyak orang sudah merasa melakukan yang terbaik untuk tulang mereka karena sudah rajin minum susu. Memang susu merupakan sumber kalsium yang baik. Tetapi selain kalsium kita juga perlu vitamin D supaya penyerapan kalsium lebih optimal.

Selain itu kita juga perlu menjauhi rokok dan tetap aktif secara fisik. Demi tulang yang sehat kita juga wajib menjaga pola makan yang seimbang, ini berarti termasuk menghindari beberapa jenis asupan tertentu.

Jika Anda memiliki riwayat osteoporosis dalam keluarga, sebaiknya Anda perlu mengurangi konsumsi beberapa jenis makanan dan minuman berikut ini:

1. Kafein
Kebiasaan mengasup minuman berkafein bisa mengganggu penyerapan kalsium. Makin banyak Anda minum kafein, makin banyak kalsium yang terbuang di urin. Meski begitu efeknya termasuk kecil, terutama jika pola makan Anda termasuk tinggi kalsium.

2. Soda
Selain mengandung kafein, minuman bersoda juga bisa mengganggu kekuatan tulang. Menurut para ahli kelebihan fosforus, agen perasa asam fosforik di soda, akan menganggu penyerapan kalsium.

3. Garam
Makin banyak garam yang masuk ke dalam tubuh, makin banyak pula kalsium yang terbuang melalui urin dan keringat.

4. Kelebihan alkohol
Konsumsi alkohol dalam skala moderat, sekitar satu gelas perhari untuk wanita dan dua gelas untuk pria, memang memberikan efek perlindungan bagi tulang. Tetapi tak ada alasan untuk mulai kebiasaan minum alkohol. Lagi pula kebanyakan alkohol justru menyebabkan kekuatan tulang berkurang.

5. Kebanyakan protein
Dalam jumlah yang tepat, protein sangat penting untuk tulang yang sehat dan kuat. Wanita memerlukan sekitar 46 gram protein setiap hari, sedangkan pria sekitar 56 gram. Meski agak jarang ada orang yang kelebihan protein, tetapi jika berlebihan protein akan mengganggu keseimbangan keasaman di tubuh. Lingkungan yang terlalu asam membuat tulang mudah keropos.



Sumber Kompas



Info Alkes

"Nanopatch", Vaksinasi Tanpa Jarum Suntik

Nanopatch ini lebih murah dan tanpa menggunakan jarum.

BRISBANE, KOMPAS.com -- Seorang ilmuwan asal Brisbane (Australia) sedang mempersiapkan uji klinis bagi penggunaan alat untuk melakukan vaksinasi yang lebih murah terhadap anak-anak. Dan yang lebih penting adalah itu tidak menggunakan jarum suntik.

Professor Mark Kendall adalah penemu Nanopatch - sebuah tambalan kecil, lebih kecil dari perangko, namun berisi ribuan titik kecil yang hanya bisa dilihat di bawah mikroskop. Titik-titik kecil inilah yang akan membawa masuk vaksin ke permukaan kulit.

Menurut laporan Brisbane Times, Kamis (18/4/2013), selama sembilan tahun terakhir, Kendall dan timnya yang berisi para periset internasional bekerja untuk membuat alat vaksinasi tanpa jarum ini di laboratorium. Pada dasarnya, teknologi ini dibuat untuk memasukkan vaksin ke tubuh anak-anak, tanpa menggunakan jarum.

Sekarang ini biaya tiga kali injeksi vaksin adalah 50 dolar Australia (sekitar Rp 500 ribu) dan dengan teknologi baru tersebut, biayanya hanya 50 sen (sekitar Rp 50 ribu).

Bulan Oktober mendatang, Kendall akan melakukan uji coba klinis di Papua Nugini.

Nanopatch hampir menyerupai teknologi Star Trek. "Secara kasat mata, ini tampak seperti sebuah tambalan kecil. Namun kalau kita lihat di bawah mikroskop, terdapat ribuan titik tajam, dimana vaksin itu dioleskan," kata Kendall. "Ketika ditempelkan, titik tajam ini akan memecah permukaan kulit dan mengirim vaksin itu ke ribuan sel di dalam tubuh."

Menurut Kendall, dengan proses ini pasien terutama anak-anak tidak akan merasa kesakitan, dan juga tidak takut karena tidak ada jarum yang terlibat. Dikatakan juga bahwa vaksinisasi menggunakan nanopatch ini akan lebih murah dibandingkan vaksin menggunakan jarum suntik karena nano ini tidak perlu ditaruh di lemari es.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah menyatakan kekhawatiranya bahwa vaksin di dunia sekarang tidak efektif karena di dunia ketiga banyak yang tidak disimpan di lemari es. "Kami sudah membuktikan bahwa Nanopatch tidak perlu disimpan di tempat dingin. Dari percobaan dengan tikus, dosisnya tidak perlu besar. Jadi dengan itu saja, dua masalah besar penyebaran vaksinasi di dunia berkembang sudah bisa diatasi," kata Kendall.



Sumber Kompas



Info Alkes

Alergi Sperma, Jarang tetapi Ada

Kompas.com - Tentu Anda sering mendengar seseorang yang alergi terhadap kacang, debu, atau pun kucing. Alergi-alergi tersebut mungkin dapat diatasi dengan menghindari alergen atau pemicu alergi. Namun ternyata ada juga alegi yang agak sulit untuk dihindari alergennya, terlebih bagi mereka yang sudah menikah, yaitu alergi terhadap sperma.

Alergi sperma secara langsung ataupun tidak memang dapat mempengaruhi keharmonisan rumah tangga. Bagaimana tidak, wanita yang alergi sperma tentu akan menghindari hubungan seksual. Padahal, seks yang sehat dan teratur merupakan faktor penting dalam keutuhan perkawinan.

Seorang wanita asal California Utara, sebut saja Clara, mengalami alergi sperma ini. Ia mengalami bercak merah, bengkak, dengan rasa terbakar yang tidak biasa setelah berhubungan seks. Tadinya ia mengira, ia terkena penyakit menular seksual. Padahal wanita ini mengalami hipersensitivitas terhadap reaksi protein yang ada di dalam sperma suaminya.

"Itu sangat buruk, kami tidak bercinta selama 10 bulan terakhir," ujar suami Clara.

Direktur Ryan Family Planning Clinic di Oregon Health and Science University Portland Paula Bednarek mengatakan, alergi ini memang tidak umum. Faktanya, hanya satu di antara 40.000 wanita yang mengalaminya.

"Sperma mengubah keseimbangan pH dalam vagina untuk beberapa wanita, sehingga menimbulkan iritasi, pembengkakan, bahkan gatal-gatal," tutur Bednarek.

Hal yang senada juga diungkapkan Linda Ford, pakar alergi di Nebraska Medical Center di Omaha yang juga mantan presiden American Lung Association. "Mungkin selama 30 tahun, hanya ditemukan sekali," ujarnya.

Bercinta kembali

Seks merupakan sarana untuk menjaga intimasi dari pasangan suami istri, begitu pula Clara dengan suaminya. Semenjak mereka "berpuasa" bercinta untuk waktu agak lama, mereka merasa sangat jauh dan tidak intim. Bahkan mereka merasa seperti hanya teman sekamar daripada seperti pasangan suami istri.

Menurut situs Columbia University, pengobatan terbaik untuk kondisi ini adalah dengan mengenakan kondom. Namun ternyata, Clara tetap mengalami gejala alergi dengan cara tersebut.

Cara lainnya adalah dengan mengisolasi protein tertentu dalam semen suami lalu melakukan tes kulit untuk menentukan zat apa yang memicu alergi. Cara ini akan mengurangi sensitivitas wanita terhadap protein sperma.

Saat ini, Clara dan suaminya menjalani metode desensitisasi yang disebut dengan intravaginal graded challenge. Metode ini dapat mengencerkan sperma hingga suami hanya akan menginjeksikan sperma dengan konsentrasi yang sangat rendah lalu disuntikkan ke vagina istri. Kemudian mereka diminta melakukan hubungan seks dalam waktu 12 jam setelahnya. Metode ini cukup berhasil, karena setelah berhubungan, reaksi alergi Clara berkurang.

Berdasarkan informasi dari situs Columbia University, setelah istri berkurang sensitivitasnya, maka mereka harus terus melakukan hubungan seksual setiap dua hingga tiga hari sekali untuk menjaga keadaan yang serupa.

Prosedur ini mungkin mahal dan tidak tersedia di banyak tempat. Namun sangat berguna bagi mereka yang menderita alergi sperma, bahkan saat suami mereka memakai kondom.



Sumber Kompas



Info Alkes

Senin, 29 April 2013

Makan Ikan Sejak Dini Turunkan Risiko Alergi?

Kompas.com - Jumlah anak-anak yang menderita alergi terus meningkat. Sayangnya gangguan alergi ini belum bisa diobati. Karena itu para ahli berusaha menggali upaya pencegahannya. Salah satu cara yang diduga berpotensi bisa mencegah kejadian alergi adalah mengenalkan ikan pada anak sejak dini.

Sebuah studi yang dilakukan di Swedia dilakukan terhadap 3000 anak ditujukan untuk melihat efek dari konsumsi ikan terhadap berkurangnya risiko alergi, seperti alergi musim, debu, dan eksim. Dicari tahu pula apakah efek pencegahan itu bisa bertahan jangka panjang.

Studi ini menunjukkan bahwa anak yang mengonsumsi paling tidak dua sajian ikan setiap bulan, risikonya memiliki alergi 75 persen lebih rendah. Studi juga menunjukkan adanya pergeseran pemikiran dari para orangtua untuk mengenalkan anak pada makanan yang beragam di usia muda.

Yang mengejutkan, pola makan kaya ikan bagi anak usia satu tahun sudah umum di beberapa area di dunia. Salah satunya di wilayah Mediterania. Dalam pola makan Mediterania, makanan yang menjadi fokus utama adalah buah-buahan, sayur-sayuran, gandum utuh, minyak zaitun, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Selain itu, ikan dan makanan laut lain dengan kandungan merkuri rendah.

Penganut diet jenis ini juga membatasi asupan produk susu. Mereka membatasi hanya mengonsumsi yogurt atau keju segar.

Studi lain meneliti pada sekitar 460 anak yang tinggal di Minorca (sebuah pulau di Mediterania). Studi tersebut menemukan, anak yang utamanya makan makanan nabati paling tidak risikonya 62 persen lebih rendah untuk memiliki asma atau alergi. Studi itu juga menunjukkan bahwa anak-anak yang makan 60 gram ikan setiap hari risikonya terkena alergi 57 persen lebih rendah.

Hubungan pasti antara gaya diet Mediterranean dan alergi masih belum diketahui, namun penemuan seperti ini dapat membuka cakrawala baru tentang pengenalan makanan yang beragam terhadap anak-anak. Kendati demikian, Anda sebaiknya berkonsultasi dulu pada dokter anak sebelum mengubah pola makan mereka.



Sumber Kompas



Info Alkes

Mengapa Pasien Bisa Tersadar di Meja Operasi?

Kompas.com - Meskipun sangat jarang terjadi, tetapi seorang pasien yang sudah mendapatkan anestesi bisa terbangun saat dokter sedang melakukan pembedahan. Apa yang sebenarnya terjadi?

Tiba-tiba tersadar saat di meja operasi disebut juga dengan "kesadaran selama pembiusan". Hal ini hanya terjadi pada sekitar 1-2 kali untuk setiap 1.000 penggunaan obat bius. Seorang pasien disebut mengalami kesadaran ketika mereka bisa mengingat dengan benar kejadian yang dialaminya di meja operasi.

Tersadar saat berada di meja operasi lebih banyak dialami pasien yang menjalani operasi jantung, operasi caesar, atau kondisi yang disebabkan trauma. Pada operasi tersebut biasanya dokter tidak memberikan obat dengan dosis yang biasa karena lebih mengutamakan keselamatan pasien.

Kesadaran selama pembiusan bisa terjadi karena peralatan yang dipakai tidak berfungsi atau karena pasien memiliki metabolisme tinggi untuk memecah obat bius lebih cepat dari biasanya.

Walaupun dalam kondisi "sadar" namun kebanyakan pasien tidak merasakan sakit selama mengalami kesadaran saat dioperasi. Meski begitu hal itu bisa menimbulkan trauma dan kecemasan sesudahnya.

Menurut Dr.Morris Brown, kepala bagian anestesi di Henry Ford Hospital, Michigan, AS, mengatakan, tujuan utama pembiusan adalah membuat pasien bebas dari sakit dan stres selama tindakan operasi.

"Jika pasien justru menjadi sadar dan bisa mengingat meski di bawah pengaruh obat bius, maka itu akan menyebabkan gangguan trauma," kata Brown.

Ia menambahkan, pasien tak perlu terlalu khawatir akan terbangun di tengah meja operasi karena kejadiannya termasuk jarang. Sebelum memberikan obat dokter anestesi akan menjelaskan apa yang akan Anda alami selama dibius.

Beberapa pasien mengaku bermimpi selama operasi atau bisa mengingat suasana ruang operasi. Namun hal tersebut ternyata tidak termasuk dalam kondisi "kesadaran saat pembiusan". Sensasi dan memori tersebut kebanyakan tidak sama dengan apa yang sebenarnya terjadi.



Sumber Kompas



Info Alkes

Tekan Nafsu Makan dengan Lompat Tali

KOMPAS.com - Kesulitan untuk meredam rasa lapar yang muncul di sela-sela waktu makan? Mungkin Anda perlu mencoba latihan lompat tali untuk mengatasinya. Sebuah studi baru dari Jepang mengatakan, latihan yang melibatkan gerakan vertikal seperti lompat tali dapat melawan nafsu makan lebih baik daripada jenis latihan lain.

Banyak penelitian membuktikan, olahraga dapat menekan nafsu makan untuk sementara waktu. Efek ini melibatkan hormon yang meregulasi nafsu makan yang dikeluarkan oleh usus, seperti ghrelin. "Gangguan" pada usus yang ditimbulkan dengan berolahraga akan mempengaruhi produksi hormon lapar tersebut.

Studi yang dimuat dalam jurnal Appetite menunjukkan bahwa gerakan vertikal paling efektif dalam mengurangi produksi hormon lapar. Para peneliti mengatakan, berlari lebih baik dari pada bersepeda, sedangkan lompat tali bahkan lebih baik dari berlari sebagai latihan penekan rasa lapar.

Para peneliti melakukan percobaan pada 15 pria sehat yang berusia 24 tahun. Dalam hari yang terpisah, para peserta melakukan tiga perlakuan berbeda, yaitu lompat tadi, bersepeda, dan beristirahat. Para peneliti menentukan waktu bagi masing-masing latihan agar energi yang dikeluarkan memiliki nilai yang sama.

Selama melakukan latihan, para peserta menerima pengukuran untuk kadar hormon lapar, dan ditanya seberapa lapar, serta keinginan mereka untuk memakan makanan asin, manis, asam, dan berlemak.

Hasil menunjukkan para peserta merasa lebih tidak lapar saat melakukan latihan bersepeda dan lompat tali dibandingkan dengan mereka yang beristirahat. Rasa ini tetap bertahan hingga 15 menit setelah berolahraga.

Peserta yang melakukan lompat tali bahkan lebih sedikit merasa lapar dibandingkan dengan mereka yang bersepeda, hingga 25 menit setelah latihan.

Untuk keinginan makan makanan berlemak, secara umum peserta mengalami penurunan saat sedang berolahraga, khususnya bagi peserta yang melakukan lompat tali. Hasil tersebut dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan latihan.

Namun setelah selesai melakukan latihan, peserta yang bersepeda merasa lebih lapar dari pada mereka yang tidak melakukan latihan. Para peneliti menyimpulkan hal ini dikarenakan mereka membutuhkan energi pengganti setelah berolahraga. Istimewanya, rasa lapar setelah latihan ini tidak dirasakan oleh mereka yang melakukan lompat tali.

Para peneliti mengatakan, tidak ada perbedaan hormon lapar antara peserta yang lompat tali dan bersepeda. "Pasti ada mekanisme lain yang menjelaskan perbedaan kadar lapar mereka," ujar mereka.

Barry Braun, profesor dan direktur laboratorium metabolisme energi di University of Massachusetts yang tidak terlibat dengan studi mengatakan, studi ini cukup baik untuk membandingkan antara bersepeda dan lompat tali. Namun tidak ada perbedaan signifikan antara keduanya.

"Mungkin saja gerakan vertikal membuat gangguan yang lebih baik pada usus sehingga membuat sedikit lapar. Namun efeknya tidak terlalu terlihat," ujar Braun.

Ia menambahkan, selain hormon lapar, penurunan nafsu makan yang terlihat dalam studi ini mungkin juga dikarenakan peningkatan suhu tubuh yang lebih tinggi selama lompat tali.



Sumber Kompas



Info Alkes

Minggu, 28 April 2013

Mengapa Sunat Menurunkan Risiko HIV?

KOMPAS.com — Setelah beberapa lama menjadi misteri, akhirnya para ilmuwan berhasil mengungkapkan mengapa sunat pada pria bisa menurunkan risiko penularan HIV.

Dalam studi yang dimuat dalam jurnal mBio, para ilmuwan menjelaskan bahwa perubahan populasi bakteri yang hidup di sekitar penis akibat tindakan sunat menjadi alasan di balik rendahnya risiko tertular HIV.

Menggunakan teknologi teranyar sehingga pengurutan gen dari organisme lebih cepat dan mudah diakses, peneliti melakukan analisis secara mendalam pada gen dari mikroba yang berada di sekitar penis. Sebanyak 156 pria Uganda yang disunat saat dewasa menjadi responden dalam penelitian ini. Mereka memberikan sampel sebelum sunat dan setahun setelahnya.

Meski tak ada perbedaan signifikan pada komunitas bakteri sebelum sunat dan setelahnya, tetapi pada kurun waktu 12 bulan kemudian, pria yang disunat memiliki jumlah bakteri yang bisa bertahan di kondisi beroksigen rendah (anaerob) lebih sedikit dan bakteri yang perlu oksigen (aerob) lebih banyak.

Secara umum, pria yang disunat memiliki jumlah bakteri 33 persen lebih rendah sehingga berpengaruh pada kemampuan tubuh dalam melawan infeksi seperti HIV.

Jumlah bakteri yang tinggi, seperti pada penis pria yang tidak disunat, akan mengaktifkan sel Langerhans di permukaan kulit. Sel-sel ini juga ditemukan di seluruh permukaan kulit manusia dan normalnya bertindak sebagai lini pertama pertahanan tubuh melawan patogen.

Dalam kondisi aktif, sel Langerhans ternyata justru mempermudah penularan HIV dengan menarik sel-sel spesifik yang ditargetkan oleh HIV, yakni CD4 dan sel T, kemudian mengikatnya. Sehingga, sel-sel yang sehat justru menjadi sasaran mudah dari HIV.

"Telah terjadi revolusi pada pemahaman kita akan mikroba. Mikroba sebenarnya sama seperti halnya sistem organ yang lain dan kita baru sampai pada permukaan untuk memahami kaitan antara mikroba dan sistem imun," kata Lance Price, yang melakukan riset ini.

Studi sebelumnya juga menunjukkan bahwa perubahan populasi bakteri di usus, misalnya, berdampak pada risiko obesitas. Studi lain juga menemukan kaitan yang kuat antara komunitas mikroba dan faktor risiko kanker, asma, serta penyakit kronis lainnya.



Sumber Kompas



Info Alkes

Kenali 3P Gejala Leukemia

Kompas.com - Bukan cuma orang dewasa yang bisa terkena kanker. Anak-anak pun tak luput dari penyakit paling ditakuti ini. Jenis kanker yang paling sering ditemukan pada anak adalah leukemia atau kanker darah.

Boleh dikatakan hampir 70 persen kanker pada anak adalah leukemia. Di urutan selanjutnya adalah kanker padat seperti kanker mata, ginjal, atau tulang.

Leukemia terjadi ketika sumsum tulang memproduksi sel darah putih (leukosit) secara berlebihan. Sebagian sel darah putih itu berubah sifat menjadi ganas. Akibatnya, sel darah putih yang seharusnya menjadi "tentara" untuk melindungi tubuh justru menekan trombosit (keping darah) dan eritrosit (sel darah merah).

Karena mengalir bersama darah, sel darah putih menyebar termasuk ke otak, gusi, kulit, tulang, hati, limpa, dan testis. Serangan sel darah putih yang mengganas itu bisa dilihat sebagai gejala.

Menurut Prof.Dr.Bambang Permono, dokter spesialis anak dari RS.Dr.Soetomo, Surabaya, orangtua mesti curiga dan waspada jika anak menunjukkan gejala-gejala 3P. "Ada tiga gejala utama, yakni anak tampak pucat, panas atau demam tanpa diketahui penyebabnya, serta ada perdarahan dengan pembesaran organ atau benjolan di getah bening," katanya disela acara peresmian rumah singgah pasien kanker anak Rumah Kita di Surabaya beberapa waktu lalu.

Perdarahan yang dialami anak bisa terjadi di gusi, hidung, atau bintik-bintik kemerahan di bawah kulit mirip dengan gejala demam berdarah. "Jika ada gejala-gejala itu hampir 80 persen adalah leukemia," katanya.

Untuk memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan darah tepi untuk mengetahui jumlah haemoglobin, leukosit, dan trombosit. Selain itu perlu diperiksa sumsum tulang belakang.

Pesatnya dunia kedokteran dan pengobatan menjadikan usia harapan hidup pasien kanker lebih tinggi dibandingkan satu dasawarsa terakhir. Menurut Bambang, harapan hidup pasien leukemia kini sudah lebih dari 50 persen.

"Kalau ditemukan sejak dini, harapan kesembuhannya sangat besar. Ada pasien saya yang didiagnosa leukemia sejak usia 4 tahun bisa sembuh dan sekarang sudah dewasa dan memiliki dua anak," katanya.

Tinggi rendahnya harapan hidup pasien, jelas Bambang, ditentukan oleh dua hal, penemuan kanker pada stadium awal serta kepatuhan pasien dalam pengobatan. Pengobatan utama leukemia adalah kemoterapi.

Sayangnya bagi pasien yang tidak mampu, pengobatan seringkali terputus. Bahkan meski biaya pengobatan sudah ditanggung pemerintah, namun banyak dari mereka yang tak punya biaya untuk bolak-balik ke rumah sakit. Padahal, pengobatan leukimia memakan waktu berbulan-bulan bahkan tahunan.

Meningkat

Di Surabaya, berdasarkan data dari RS Dr.Soetomo, jumlah penderita kanker pada anak dalam 5 tahun terakhir makin meningkat. Pada tahun 2010 ada 689 anak terdeteksi kanker, sedangkan di tahun 2011 tercatat ada 744 pasien kanker anak baru.

Penyebab dari semua kanker tersebut masih belum diketahui. Menurut Bambang, hal tersebut mungkin berkaitan dengan peningkatan industri sehingga pencemaran pun meningkat.



Sumber Kompas



Info Alkes

Stres Juga Bisa Pertajam Ingatan

KOMPAS.com - Stres tidak selalu buruk. Ada juga manfaat yang diperoleh dari kondisi ini.  Sebuah studi baru yang dimuat dalam jurnal eLife menunjukkan, stres mungkin dapat mempertajam memori.

Stres kronik telah dikaitkan dengan peningkatan risiko serangan jantung dan memperlemah imunitas. Namun ternyata, stres juga meningkatkan performa dari otak, khususnya kemampuan mengingat. Dengan catatan, stres terjadi dalam jangka waktu pendek.

Studi yang dilakukan pada tikus menemukan hasil yang signifikan. Stres menyebabkan sel punca yang ada di otak tikus berubah menjadi sel-sel saraf baru. Sel-sel tersebut akan menjadi dewasa dua minggu kemudian, sehingga meningkatkan performa otak.

"Mungkin Anda selalu berpikir stres adalah hal yang buruk, namun ternyata tidak juga," ujar Daniela Kaufer, profesor biologi integratif dari University of California Amerika Serikat.

Ia mengatakan, stres dalam kadar tertentu baik untuk membentuk tingkat kesadaran, perilaku, dan kemampuan kognitif yang optimal. "Saat stres, mungkin otak akan lebih waspada sehingga membuat Anda bertindak lebih baik," paparnya.

Banyak penelitian yang sudah menunjukkan stres kronik akan meningkatkan produksi kortisol, hormon stres, yang dapat menekan produksi sel saraf baru di otak, sehingga memperburuk ingatan. Peningkatan hormon stres juga dikaitkan dengan risiko obesitas, penyakit jantung, dan depresi.

Hanya saja, kata Kaufer, efek dari stres akut mungkin masih belum banyak diketahui, sehingga hasil dari studi-studi tersebut masih rancu.

Untuk memecah kerancuan ini, para peneliti menggunaan tikus sebagai hewan percobaan. Tikus-tikus dibuat stres dengan mengurungnya di kandang selama beberapa jam. Hal ini akan memicu tikus memproduksi hormon stres yang setara dengan mereka yang mengalami stres kronik, meskipun hanya selama beberapa jam.

Hasilnya, terjadi pembelahan ganda sel otak dalam bagian otak yakni wilayah hippocampus. Para peneliti juga menemukan bahwa tikus yang stres memiliki kemampuan mengingat yang lebih baik setelah dua minggu.

Para peneliti mengatakan, efek yang diperoleh dari stres memang tidak langsung, melainkan membutuhkan waktu setidaknya dua minggu. Dalam waktu ini, sel saraf membutuhkan waktu untuk pendewasaan.

Kendati demikian, para peneliti mencatat, stres yang akut dan intens dapat berbahaya karena akan membuat trauma setelahnya.

"Namun ada pesan positif yang dapat diambil, yaitu stres bisa membuat Anda lebih baik, asalkan dengan kadar dan lama yang tepat. Serta, bagaimana Anda mengartikan dan memahaminya," tandas Kaufer.



Sumber Kompas



Info Alkes

Wanita dengan Cangkok Rahim Berhasil Hamil

Kompas.com - Seorang wanita asal Turki yang menjadi wanita pertama di dunia yang mendapat pencangkokan rahim dan berhasil hamil. Kehamilan melalui program bayi tabung (IVF) ini bisa memberi harapan bagi ribuan wanita yang sulit memiliki anak.

Apa yang dialami oleh Derya Sert (22) tersebut disandingkan dengan keajaiban medis. Sebelumnya Derya adalah wanita yang terlahir tanpa rahim. Kondisi tersebut sangat langka karena hanya dialami 1 dari 5.000 wanita.
Meski tidak memiliki rahim tetapi sel indung telurnya sehat dan ia memproduksi sel telur. Oleh dokter sel-sel telur tersebut diambil untuk dibuahi oleh sperma suaminya sebelum dilakukannya transplantasi rahim.

Pada bulan Agustus 2011 ia mendapatkan rahim dari pendonor yang sudah meninggal. Proses pembuahan sel telur dan sel sperma melalui metode IVF tersebut menghasilkan beberapa embrio.

Dokter di Antalya, Turki, yang menangani prosedur tersebut harus menunggu selama 18 bulan sebelum mentransfer embrio ke rahim yang dicangkokkan tersebut sehingga kemungkinan keberhasilannya lebih besar.

Meski begitu Derya masih menghadapi ancaman keguguran dan komplikasi kehamilan lainnya di awal-awal masa kehamilannya ini. Risiko lain yang dihadapinya adalah kelainan pada janin sebagai efek samping dari obat penekan imun yang diberikan dokter untuk mencegah penolakan tubuh terhadap rahim tersebut.

Rencananya dokter akan melakukan operasi caesar untuk mencegah persalinan prematur. Selain itu dokter juga akan mengangkat rahim yang sudah dicangkokkan untuk menghindari risiko infeksi atau penolakan tubuh.

Setelah pencangkokan rahim pada Derya, dokter juga berhasil melakukan prosedur tersebut pada wanita lain. Namun sejauh ini baru Derya yang menunjukkan tanda-tanda kehamilan.

Sert adalah wanita kedua yang menerima tranplantasi rahim. Operasi serupa sempat dilakukan pada tahun 2000 pada wanita asal Saudi Arabia. Namun dokter terpaksa memindahkan rahim tersebut setelah 99 hari, akibat adanya penolakan yang ditandai dengan pembekuan darah berat.

Transplantasi rahim sebetulnya mulai digagas Mats Brannstrom, MD, PhD pada Juni 2012. Percobaan ini dilakukan pada mamalia seperti tikus, babi, domba, dan babon.

Operasi ini seringkali gagal dikarenakan berbagai faktor, baik dalam tindakan operasi maupun kualitas rahim. Kegagalan juga bisa dikarenakan  kerusakan pembuluh darah yang mengakibatkan kematian sel dan efek samping penggunaan jangka panjang obat-obatan imunosupresan untuk mencegah penolakan tubuh.



Sumber Kompas



Info Alkes

Sabtu, 27 April 2013

Polusi Udara Tingkatkan Risiko Kanker Pada Anak

Tingginya tingkat polusi udara membuat pemandangan kawasan Jakarta Selatan terlihat samar seperti berselimut kabut tipis, Rabu (18/7/2012).

Kompas.com - Polusi udara berat bukan cuma menyebabkan gangguan pernapasan, tetapi juga diduga kuat memicu kanker pada anak. Menurut studi terbaru, bayi yang sering terpapar polusi udara selama berada di kandungan dan satu tahun usianya lebih beresiko terkena kanker, terutama leukemia akut limfoblastik (LLA).


Leukimia akut limfoblastik merupakan kanker leukemia yang paling banyak diderita anak. Pada kondisi tersebut sel limfoblast tidak pernah menjadi bentuk yang matur yaitu limfosit sehingga tidak dapat berfungsi secara normal. Padahal fungsi limfosit adalah untuk melawan infeksi, sehingga akibatnya anak menjadi gampang sakit.


Tim peneliti dari Universitas California, Los Angeles School of Public Health, mengumpulkan data anak-anak yang didiagnosa kanker sebelum usia 6 tahun. Dikumpulkan pula paparan polusi udara lalu lintas. Ternyata, makin berat paparan pulusi, makin tinggi risiko seorang anak terkena kanker LLA, sel tumor germ (testis, ovarium, dan organ lain), serta kanker mata.


Menurut ketua peneliti, Julia Heck, penelitian ini tidak menunjukkan bahwa polusi menyebabkan kanker. "Kami menemukan kaitan, tetapi belum bisa dijadikan bukti adanya hubungan sebab akibat," katanya.


Penelitian tersebut dilakukan di California, yang memang dikenal memiliki kualitas udara buruk. Salah satu negara bagian AS itu memiliki cuaca hangat sehingga polutan udara mudah terperangkap dan menyebabkan kabut asap.


Para peneliti memilih untuk fokus pada kehamilan karena menurut Heck beberapa jenis kanker terjadi sejak kehamilan.


Meski begitu menurut Dr.Rubin Cohen, direktur Adult Cystic Fibrosis and Bronchiestasis Center, mengatakan ada beberapa penyakit yang terkait dengan polusi udara. Tetapi menurutnya penyakit asma adalah ancaman yang nyata.




Sumber Kompas




Info Alkes

Lotus Birth, Persalinan Tanpa Memotong Tali Pusat

Kompas.com - Gerakan back to nature juga terjadi dalam proses persalinan. Saat ini sedang populer Lotus Birth, yakni proses persalinan alami tanpa memotong tali pusat bayi. Tali pusat akan dibiarkan terlepas secara alamiah.

Tali pusat merupakan penghubung antara bayi dengan plasenta ibu. Tali pusat berfungsi untuk menyalurkan nutrisi penting serta oksigen dari ibu ke janin. Setelah persalinan, rata-rata, plasenta dan tali pusat akan lepas dengan sendirinya dari tubuh ibu dalam waktu 10 hari.

Para penganjur lotus birth mengatakan pemotongan tali pusat dalam proses persalinan akan menghentikan penyaluran darah dan oksigen dari plasenta yang sesungguhnya masih berlangsung meski bayi sudah dilahirkan.

Pengajar bidan yang aktif menyebarkan lotus birth, Mary Ceallaigh mengatakan, ibu dan bayi akan mendapatkan manfaat lebih besar dengan metode ini, terutama dalam hal bonding. "Mengganggu proses alami tersebut bisa menyebabkan masalah, baik yang terlihat atau belum terlihat," katanya.

Pemotongan tali pusat sebelum waktunya lepas, disebutkan dapat berbahaya bagi bayi yang baru lahir karena membuat mereka dua kali lebih rentan terkena infeksi.

Ceallaigh menambahkan, sistem imun bayi akan mengalami tantangan yang besar saat baru dilahirkan. Membiarkan tali pusat terlepas secara alamiah akan menjaga volume darah bayi sehingga membantu mencegah penyakit di masa mendatang.

Dari sekitar 100 kelahiran normal yang sudah dibantu oleh Ceallaigh, lima persen di antaranya menggunakan metode lotus birth. "Bagi mereka yang telah mempersiapkannya, hal itu menjadi bagian termudah dari melahirkan," tandasnya.

Pada tahun 2010, para peneliti dari University of South Florida mengatakan, pemotongan tali pusat lebih awal akan mengganggu penyaluran darah dari ibu ke bayinya. Studi tersebut dipublikasi dalam The Journal of Cellular and Molecular Medicine.

"Beberapa studi klinis telah menunjukkan bahwa penundaan pemotongan tali pusat tidak hanya memberikan lebih banyak darah yang dapat disalurkan, tetapi juga membantu mencegah anemia," ujar ketua studi dr. Paul R. Sanberg.

"Darah sumsum tulang belakang juga mengandung banyak sel punca yang berharga. Sehingga penyaluran darah akan menjadi penyaluran sel punca yang alami," tambahnya.

Di Indonesia, sudah cukup banyak rumah sakit atau klinik bersalin yang menerapkan metode lotus birth. Setelah persalinan, tali pusat akan dibiarkan tersambung dengan plasenta yang ditempatkan dalam wadah khusus di samping bayi.

Saat bayi mandi, plasenta juga harus dibersihkan kemudian dikeringkan. Yang agak merepotkan, saat menggendong bayi, plasenta juga harus ikut digendong, namun ditempatkan di tas khusus. Meski demikian, para ibu yang melakukan metode ini meyakini manfaat yang akan didapatkan bayinya di masa depan lebih besar dibanding kerepotan tersebut.



Sumber Kompas



Info Alkes

Rumah Kita, Kurangi Beban Keluarga Hadapi Kanker Anak

Kompas.com - Belasan anak-anak berusia balita sampai praremaja yang merupakan pasien kanker anak tampak ceria bercengkerama dengan orangtua mereka di Rumah Kita, di Jalan Karang Menjangan No.5 , Surabaya, Kamis (11/4/13).

Rumah yang baru diresmikan tersebut merupakan rumah yang menampung pasien kanker anak dan orangtua yang mendampingi. Rumah Kita di Surabaya merupakan persembahan dari Panadol lewat program Aksi Peduli bersama Panadol kepada Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) Jawa Timur.

Tidak tampak kesedihan atau kesakitan di wajah anak-anak tersebut meski sesungguhnya mereka menanggung beban penyakit yang berat. Di usia masih sangat belia, anak-anak itu harus menjalani perawatan kanker di rumah sakit dalam jangka waktu yang tak tentu kapan berakhir.

Rumah Kita di Surabaya terletak persis di belakang RS.Dr.Soetomo sehingga pasien dan keluarga bisa dengan mudah bolak-balik ke rumah sakit.

Menurut Ira Soelistiyo, pendiri YKAKI, meski sekarang ini pasien kanker anak sudah bisa berobat gratis, tetapi tetap diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk ongkos ke rumah sakit serta akomodasi jika mereka berasal dari luar kota.

"Faktor sosial ekonomi sering membuat pengobatan pasien menjadi tidak tuntas. Padahal, pengobatan kanker tidak boleh putus," katanya.

Di Rumah Kita, keluarga pasien diberi tempat tinggal serta makan dan minum. Kondisi rumah singgah tersebut bersih dan nyaman. Terdiri dari dua lantai, rumah tersebut dilengkapi kamar tidur, dapur bersama, ruang tamu, ruang makan, serta tempat bermain di teras. Mereka boleh tinggal dalam jangka waktu sesuai lamanya pengobatan.

Sementara ini di Rumah Kita Surabaya baru ada dua keluarga pasien yang tinggal. Namun, menurut Ira hal itu memang karena rumah singgah itu baru diresmikan. Rumah tersebut mampu menampung 24 pasien anak dan pendampingnya. Untuk saat ini YKAKI masih dalam status mengontrak rumah tersebut. "Moga-moga di masa depan kami bisa mengumpulkan dana untuk membeli rumah ini," kata Ira.

Kehadiran Rumah Kita mendapat apresiasi dari Walikota Surabaya Tri Rismaharini. "Dengan adanya rumah singgah ini orangtua tidak perlu bingung lagi. Perjalanan yang jauh dari rumah ke rumah sakit tentu melelahkan untuk anak. Kehadiran rumah ini memberikan jalan bagi orangtua untuk berharap," katanya.

Hak anak

Di Rumah Kita, anak-anak yang menderita kanker diharapkan tetap bisa menikmati haknya untuk tumbuh, bermain, dan belajar. "Rumah ini juga menjadi wadah untuk saling menguatkan, berbagi, sambil mendapatkan perawatan yang layak," kata Endang Putri, Brand Manager Panadol, disela acara peresmian.

Dalam program "Aksi Peduli bersama Panadol" masyarakat diajak berpartisipasi menunjukkan kepedulian mereka terhadap sesama dengan cara mengirimkan foto dan cerita singkat tentang hal kecil yang ingin dilakukan untuk sesama. Setiap foto yang dikirim dihargai Rp 5000 dan dalam waktu tiga bulan telah terkumpul dana Rp 500 juta yang seluruhnya diberikan kepada YKAKI untuk membangun Rumah Kita di Surabaya.

Bagi keluarga pasien, keberadaan Rumah Kita dianggap sangat mendukung pengobatan kanker. Karyastuti, Ketua YKAKI Jawa Timur, menceritakan pengalamannya saat mendampingi anak bungsunya yang menderita leukimia di tahun 2002.

"Setelah didiagnosa leukimia, saya harus mendampingi anak saya selama ia menjalani pengobatan di rumah sakit selama tiga bulan. Setelah itu selama dua tahun saya bolak-balik untuk berobat dari Sidoarjo ke Surabaya. Bagi pasien yang tidak mampu tentu sangat berat mencari biaya untuk transportasi," katanya.

Siti Ngaisah, orangtua dari Fantika Setiarini (14) yang juga menderita leukimia, mengatakan keluarganya terpaksa pindah dari Nganjuk ke Surabaya supaya putri bungsunya itu bisa mendapat pengobatan.

"Kami terpaksa pindah dan menjadi warga Surabaya supaya biaya perawatan di tanggung pemerintah. Terpaksa mengontrak rumah dan memulai dari nol lagi," katanya.

Rumah Kita di Surabaya merupakan rumah singgah kedua setelah sebelumnya YKAKI merintis pembangungan rumah singgah di Jakarta yang terletak tak jauh dari RSCM.

Menurut Ira, dalam waktu dekat akan diresmikan pula Rumah Kita di Bali dan Bandung. "Bukan hanya anak Jakarta dan Surabaya saja yang berhak mendapat perhatian, tapi juga anak-anak di seluruh Indonesia," katanya.



Sumber Kompas



Info Alkes

Jumat, 26 April 2013

Eka Hospital Gelar Seminar "Purple Day for Epilepsy Awareness"

Seminar awam Purple Day for Epilepsy Awareness ditujukan untuk mendorong para penyandang epilepsi dan keluarga untuk berani tampil dan mengembangkan potensi terbaik mereka.

KOMPAS.com - Eka Hospital BSD Tangerang pada Sabtu (13/4/2013) lalu menggelar seminar awam “Purple Day for Epilepsy Awareness” yang bertujuan mendorong para penyandang epilepsi dan keluarga untuk berani tampil dan mengembangkan potensi terbaik mereka sekaligus meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap epilepsi.


Dalam seminar ini, spesialis saraf Eka Hospital dr. Herianto bertindak selaku narasumber sekaligus sebagai ketua panitia. Seminar dibuka dengan momen berbagi kisah dari orang tua dan penyandang epilepsi.


Epilepsi adalah suatu gangguan fungsi listrik otak yang ditandai oleh cetusan listrik secara berlebihan pada sekelompok atau sebagian besar sel-sel otak, sehingga timbul perubahan perilaku sesaat dan berulang.


Herianto menekankan, para  penyandang epilepsi penting untuk mendapatkan terapi yang sesuai guna mengembangkan potensi optimal mereka. Ia juga mengajak masyarakat untuk meluruskan persepsi yang keliru tengang epilepsi.


“Pada 70-80 persen penyandang epilepsi yang mendapat terapi yang sesuai, manifestasi klinisnya dapat teratasi dengan baik. Pasien dapat hidup secara normal dan mampu mengembangkan potensi optimalnya dalam hidup mereka. Adanya kesalahan persepsi dari masyarakat dan keluarga penyandang epilepsi dapat membuat penyandang epilepsi menarik diri dari pergaulan dan relasi sosial sehingga pasien cenderung masuk ke dalam "bayang-bayang" perasaan kesendirian, kesepian, tidak percaya diri dan depresi yang memperberat beban penderitaan mereka.” ujar Herianto.


Heri juga menyampaikan bahwa melalui gerakan 'purple day for epilepsy awareness' ini, selain ingin mendorong para penyandang epilepsi untuk mengembangkan potensi terbaiknya mereka dalam kehidupan sehari-harinya, dan juga untuk menghilangkan stigma negatif terhadap penyandang epilepsi dan memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan potensi terbaiknya.


Selepas penyampaian materi, kegiatan yang turut didukung oleh PERPEI (Perhimpunan Penanggulangan Epilepsi Indonesia) ini diisi dengan diskusi dan tanya jawab, serta diramaikan dengan lomba mewarnai untuk anak.


Gerakan Purple Day For Epilepsy Awareness ini diawali dari keprihatinan seorang anak penyandang epilepsi, yang bernama Cassidy Megan, asal Nova Scotia, Kanada, yang ingin mengajak semua penyandang epilepsi sedunia untuk berani tampil dan meninggalkan rasa takut ditolak dan rasa rendah dirinya dan mengembangkan potensi terbaik mereka.


Dengan dukungan Asosiasi Epilepsi Nova Scotia (EANS), pada tahun 2008, Cassidy memilih warna ungu (purple) dari warna internasional untuk epilepsi, yakni lavender dan menjadi duta untuk gerakan Purple Day For Epilepsy Awareness. Cassidy ingin menyampaikan bahwa untuk penyandang epilepsi di mana pun berada, tahu bahwa mereka tidak sendirian.




Sumber Kompas




Info Alkes

Sexomnia, Bercinta Secara Tak Sadar Saat Tidur

KOMPAS.com - Dari sekian banyak jenis gangguan tidur seperti insomnia (sulit tidur), hipersomnia (mudah tertidur) atau berjalan di saat tidur (sleep walking) atau , ternyata ada jenis kelainan yang relatif jarang masih dikenal. Gangguan tersebut bernama sexomnia (sexomnia) yaitu gangguan tidur seperti melakukan aktivitas seksual di saat tidur.

Seksomnia mencuri perhatian media belum lama ini setelah kasus unik yang dialami oleh pria asal Denmark.  Pria ini dibebaskan dari tuduhan perkosaan terhadap dua gadis remaja oleh hakim pengadilan karena terbukti menderita gangguan tidur jenis seksomnia.

Seperti dilansir Associated Press, dua gadis remaja itu pulang bersama pria berusia 31 tahun ini ke apartemen miliknya setelah sebuah pesta pada tahun 2011. Salah satu gadis terbangun saat pria tersebut memeluknya, dan gadis ini pun kabur dan melaporkan peristiwa ini kepada pihak yang berwenang. 

Berdasarkan kesaksian di pengadilan, gadis ini setuju dengan pengakuan si pria bahwa dirinya memang tertidur ketika hendak memperkosa. Pria ini pun mengajukan bukti pemeriksaan medis dari dokter yang yang menyimpulkan bahwa ia sebenarnya menderita seksomnia.

Seksomnia yang juga dikenal dengan "sleep sex" belum lama ini diakui oleh komunitas medis sebagai salah satu jenis gangguan tidur. Hampir sama seperti berjalan sleep walking, seksomnia juga dianggap sebagai parasomnia, suatu kelainan yang disebabkan otak tidak dapat membedakan saat tidur maupun terjaga.

Studi para ahli pada 2010 melakukan analisa terhadap 832 pasien yang menderita gangguan tidur. Ternyata 7,6 persen di antaranya menderita seksomnia. Temuan ini juga menyimpulkan bahwa seksomnia lebih banyak dialami oleh pria dibandingkan wanita.

Para ahli gangguan tidur dan seksolog sejauh ini masih belum dapat memastikan apa yang sebenarnya penyebab dari gangguan ini. Namun ada faktor pemicu yang memperbesar risiko dari mengalami gangguan ini, seperti stres, alkohol, penggunaan narkoba, dan kurang tidur. Mereka yang mengalami gangguan tidur seperti sleep walking lebih rentan juga menderita gangguan ini.



Sumber Kompas



Info Alkes

Menakar Gelas Cinta Pasangan

KOMPAS.com - Hati manusia laksana gelas. Di sanalah kita menampung "air cinta" orangtua setiap hari. Ada anak yang ukuran gelas cintanya besar dan airnya penuh, sebab mereka dibesarkan dengan penuh kasih sayang.


Tetapi, sebagian kita hanya memiliki gelas cinta ukuran kecil, sebab orangtua kita mungkin terlalu sibuk atau penuh keterbatasan. Hingga mereka kurang memberikan kasih sayang kepada kita. Namun tak sedikit anak yang gelas cintanya bukan saja kecil tetapi juga bocor. Sebab mereka bukan saja diabaikan sejak kecil tapi juga dibeda-bedakan dengan kakak atau adiknya. Mengalami trauma kekerasan atau dari ibu. Apalagi sampai mendapatkan pelecehan.


Berbahagialah Anda yang menerima wujud kasih orangtua dan keluarga besar, sebab dengan demikian tangki atau gelas cinta Anda besar. Airnya pun penuh, air cinta. Saat dewasa, air cinta itulah yang anda bagikan dalam relasi, sehingga merasa nyaman dan percaya diri dalam bergaul bergaul. Mereka yang dibesarkan dengan kasih sayang punya stok untuk berbagi, dan cakap menerima orang lain (berempati) dan punya kapasitas memaafkan sesamanya


Sebaliknya, bila gelas cinta Anda kecil dan bocor, akan mempengaruhi emosi saat dewasa. Ada perasaan tidak aman, dan terbatas dalam hal berbagi. Cenderung minder dan sulit mengelola konflik dan perbedaan, sensitif dan mudah tersinggung. Jika Anda sedang pacaran atau sudah menikah, jangan heran melihat pasanganmu tampak kekanak-kanakan dan banyak menuntut. Lihat saja pohon keluarganya, mungkin dia dibesarkan kurang "gizi cinta".


Buahnya ya pasanganmu egois. Selain itu mereka yang gelas cintanya bocor-bocor lebih banyak menuntut. Selalu tidak puas dan suka mengkritik. Sebaliknya, kalau dituntut ia mudah marah dan memilih menghindari tanggungjawab. Rentan terhadap stres dan terkadang melarikan diri ke hal yang merugikan seperti adiksi terhadap zat atau lainnya.


Tentu akan berbeda jika ia sudah mengalami pemulihan. Mereka yang air cintanya sedikit (defisit) cenderung minder. Ironisnya, mereka lebih fokus pada kelemahan pasangannya. Inilah pemicu konflik abadi dalam perkawinan, kecuali kalian mencari solusi bersama mengatasi defisit tersebut.


Jika Anda pacaran, kenalilah dengan baik ukuran, isi dan keutuhan gelas cinta pasangan. Pertimbangkan apakah Anda mampu melengkapi kekurangan pasangan, atau malah Anda sendiri punya masalah yang sama, gelasmu juga bocor. Jika Ya jangan segan carilah bantuan, usahakan mendapat pemulihan sebelum menikah. "Tambal" dulu gelas cinta kalian yang bocor. Menunda sedikit lebih baik daripada tergesa-gesa. Bisa dengan cara menemui konselor perkawinan, menghadiri training yang baik dan mengikuti proses reparenting.


Reparenting adalah proses mengolah-ulang pengalaman keorangtuaan kita yang buruk. Caranya, mencari figur orangtua yang baik di sekitar kita. Bergaul karib dan menjadikan mereka seolah orangtua kita. Menjadikan mereka "pemeran pengganti" ayah dan ibu. Mengadopsi pola relasi mereka sebagai suami dan istri Jika Anda sudah menikah pahamilah latar belakang atau pohon keluarga pasangan.


Daripada terus menuntut cobalah berempati. Selalu ada alasan mengapa pasanganmu tampak kekanak-kanakan, suka menuntut atau memendam perasaannya. Setelah itu, bicarakan baik-baik bagaimana memperbaiki relasi dan komunikasi yang retak. Jika perlu temui terapis perkawinan, atau menghadiri kelompok yang bisa memperkaya relasi pernikahan kalian.


Semoga membantu




Sumber Kompas




Info Alkes

Waktu Tidur yang Diperlukan Anak

Kompas.com - Anak-anak memang memerlukan waktu tidur yang lebih sedikit dibanding saat mereka masih bayi. Tetapi berapa banyak durasi tidur yang dianggap cukup?

Setiap anak adalah unik, ada yang butuh tidur banyak dan ada yang sedikit. Tetapi yang perlu diingat kebanyakan anak perlu waktu tidur yang banyak.

Pakar tidur, Jodi Mindell, penulis buku Sleeping Through the Night, mengatakan orangtua kerap menganggap anak yang susah tidur, baik tidur siang atau tidur malam, sebagai anak yang memang waktu tidurnya sedikit.  Padahal, bisa jadi anak yang susah tidur tersebut mengalami kekurangan waktu tidur sehingga mereka jadi hiperaktif serta bertingkah berlebihan menjelang waktu tidur.

Tanda-tanda anak yang mengalami kurang tidur antara lain anak sering mengantuk di mobil, sulit dibangungkan di pagi hari, serta rewel dan gampang marah di siang hari. Untuk mencegahnya, bangun pola tidur yang baik bagi anak.

Berikut adalah angka rata-rata kebutuhan tidur anak.

- Usia 2 tahun perlu total waktu 13 jam, terdiri dari tidur malam 10-12 jam, tidur siang sekitar 1-3 jam.

- Usia 3 tahun perlu total waktu 12-13 jam, terdiri dari 9-12 jam tidur malam dan tidur siang 1-3 jam.

- Usia 4 tahun perlu total waktu 9-12 jam, terdiri dari 11-12 jam tidur malam dan 0-2,5 jam tidur siang. (Anak juga boleh tidak tidur siang.

- Usia 5 tahun perlu total waktu 10-11 jam, terdiri dari 8-11 jam tidur malam dan 0-2,5 jam tidur siang (bisa tanpa tidur siang).

- Usia 6 - 8 tahun, perlu total waktu 10-11 jam yang didapat dari tidur malam tanpa perlu tidur siang.



Sumber Kompas



Info Alkes

Kamis, 25 April 2013

Tidur Sambil Dengarkan Musik Pertajam Ingatan

Kompas.com - Memiliki masalah dengan kemampuan mengingat? Cobalah mendengarkan musik saat tidur. Sebuah studi baru mengatakan, kegiatan tersebut dapat membantu mempertajam daya ingat.

Para peneliti menemukan bahwa mendengarkan suara yang diselaraskan dengan ritme osilasi lambat otak akan meningkatkan proses osilasi sehingga akan meningkatkan daya ingat, bahkan kualitas tidur.

Selama ini sudah diketahui adanya osilasi (getaran) lambat dalam aktivitas otak yang terjadi dalam tahapan tidur yang disebut "slow-wave sleep". Tahapan tidur tersebut merupakan saat kritis dalam pembentukan memori. Di saat itu terjadi proses memindahan memori jangka pendek ke memori jangka panjang.

Penulis studi dr. Jan Born, dari University of Tubingen di Jerman mengatakan, proses tersebut dapat berjalan dengan baik dengan menggunakan suara dengan intensitas rendah. "Pendekatan ini paling praktis jika dibandingkan dengan metode penajaman memori lainnya seperti stimulasi listrik," ujar Born.

Born dan timnya melakukan tes pada 11 orang yang diberikan stimulasi suara. Ketika para peserta diberi stimulasi suara yang tersinkronisasi dengan osilasi otak yang lambat, mereka mengingat lebih baik hubungan kata yang mereka telah pelajari di hari sebelumnya.

Kendati demikian, bukan sembarang suara yang dapat meningkatkan osilasi otak. Born mengatakan, stimulasi suara yang efektif hanya pada suara yang tersinkronisasi dengan osilasi lambat yang terjadi selama fase tidur dalam.

"Kami menghadirkan stimulasi akustik yang dapat memperkuat osilasi yang lambat. Sehingga dapat meninggikan amplitudo dari osilasi dan memperlama terjadinya periode slow-wave slepp," tutur Born.

Para peneliti menduga teknik ini mungkin dapat juga meningkatkan kualitas tidur. Born mengatakan, metode yang sama mungkin juga dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan otak lainnya, seperti saat terjaga dan memberikan perhatian.



Sumber Kompas



Info Alkes

Jus Buah, Sehat tapi Merusak Gigi Anak

Kompas.com - Buah merupakan sumber vitamin dan serat yang wajib masuk dalam menu harian, termasuk pola makan anak-anak. Bagi anak yang tak suka buah, kebanyakan orangtua akan menggantinya dengan jus buah. Tetapi hal tersebut ternyata tidak disarankan dokter gigi karena kandungan gula dalam jus buah akan merusak gigi.

Jus buah yang tidak diberi gula tambahan memang bisa memenuhi satu porsi asupan buah yang direkomendasikan. Tetapi jus buah dibuat dengan proses penghancuran buah yang ternyata dapat menghasilkan gula yang dapat merusak gigi, bahkan meski tanpa pemberian gula tambahan. Para ahli menyebutkan bahwa gula yang dihasilkan dari buah yang dihancurkan untuk jus lebih dapat merusak gigi daripada dari buah yang dimakan utuh.

British Dental Association merekomendasikan para orang tua untuk membatasi pemberian jus buah dan smoothies pada anak mereka. Batas pemberian adalah tidak lebih dari 150 ml jus buah persajian.

Kepala eksekutif British Dental Health Foundation dr. Nigel Carter mengatakan, orangtua mungkin dapat menghancurkan gigi anaknya akibat tidak sadar pengaruh buruk dari jus buah. "Jus buah menjadi bertambah populer karena kandungan buahnya yang dinilai sehat, namun ternyata jus buah mengandung kadar gula tinggi dan asam yang dapat merusak gigi," ujarnya.

Kendati demikian, Carter mengakui, sulit untuk menghilangkan makanan dan minuman manis sekaligus dalam pola makan anak-anak. Untuk mengimbanginya, penting bagi orangtua untuk mengatur makanan atau minuman yang dikonsumsi di sela-sela waktu makan besar.

"Pastikan mereka hanya minum air dan susu di antara waktu makan," ujarnya. Untuk mendapatkan manfaat buah, disarankan untuk mengonsumsinya dalam bentuk segar atau salad.

Ia mengatakan, kesehatan gigi anak secara umum lebih baik apabila mereka hanya mengonsumsi makanan dalam 3 waktu makan besar, dibandingkan dengan 7 hingga 10 waktu makan dengan makanan yang mengandung banyak gula.

Sedangkan smoothies atau buah yang diblender, papar Carter, merupakan minuman yang "menakutkan" bagi kesehatan gigi. Smoothies terkonsentrasi, sering diselipkan di sela-sela jam makan dan dapat menempel pada gigi.

"Pesan penting yang perlu diingat adalah bukan pada jumlah gula yang anak makan atau minum, melainkan frekuensi makanan dan minuman manis dalam pola makan mereka," tandas Carter.

Pakar diet dan penulis "Fat Chance: The Bitter Truth About Sugar" dr. Robert Lustig mengatakan, konsumsi gula dengan kadar tinggi, baik dari buah maupun gula lainnya, dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk terkena obesitas, serta risiko kesehatan yang terkait seperti penyakit jantung, diabetes, dan penyakit hati.



Sumber Kompas



Info Alkes

Mendengkur dan Risiko Kanker Otak

KOMPAS.com - Pasien mendengkur yang menderita sleep apnea ternyata mempunya risiko 1,47 kali lebih tinggi untuk menderita kanker otak, dibanding yang tidak. Penelitian yang dilakukan oleh dokter Huang Chun Hao dari Taiwan ini memantau 112.555 penderita sleep apnea, dan 112.555 orang lainnya yang sehat.

Penelitian ini melihat rekam medis penderita sejak tahun 2000. Beberapa pasien diikuti selama lebih dari 10 tahun. Hasilnya, kejadian tumor ganas otak di antara penderita sleep apnea setiap tahunnya adalah 2,96 setiap 10.000 orang.

Sleep apnea

Orang yang sedang ngorok memang tampak nyenyak dan nyaman, tapi tahukah Anda bahwa tidur mendengkur mengandung bahaya besar? Ya, bahaya tersebut bernama sleep apnea, yang artinya henti nafas saat tidur. Penderita sleep apnea, mengalami penyempitan saluran nafas saat tidur hingga udara tak ada yang bisa lewat. Walau gerakan nafas tetap ada, penderita sleep apnea seolah tercekik tak bisa bernafas.

Sebentar ia akan tersedak dan mengambil nafas. Sayangnya semua ini terjadi saat tidur, hingga penderita sleep apnea tak menyadari apa yang terjadi pada dirinya. Padahal, kadar oksigen dalam tubuh berulang kali turun naik.

Penelitian lain

Kadar oksigen normal manusia saat tidur adalah 90%-100%. Penderita sleep apnea bisa turun jauh di bawah itu. Penelitian di Spanyol tahun lalu menemukan bahwa mereka yang mengalami penurunan kadar oksigen hingga di bawah normal saat tidur, mempunyai risiko terkena kanker hingga 68%. Penelitian yang diterbitkan pada the American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine itu menyebutkan bahwa penderita sleep apnea memiliki risiko 4,8 kali lebih besar untuk meninggal karena kanker.

Beberapa penelitian di AS menyebutkan angka penderita sleep apnea sejumlah 3% sampai 20% dari penduduk. Sementara yang benar-benar terdiagnosa baik dan dirawat hanya 20% nya saja. 80% sisanya tidak mendapat perawatan apa-apa. Artinya sekian banyak penderita sleep apnea tetap menanggung risiko kesehatan yang tidak ringan.

Di Indonesia belum ada penelitian berskala besar tentang sleep apnea. Tetapi melihat penelitian-penelitian di negara-negara lain, diduga jumlahnya tak jauh berbeda. Lihat saja di sekeliling kita, rekan atau kerabat, pasti ada yang mendengkur.

Bagi seorang dokter ahli kesehatan tidur, sleep apnea bukanlah gangguan tidur yang sepele. Sleep apnea telah diketahui berakibat langsung pada hipertensi, kesehatan jantung dan pembuluh darah, serta mengakibatkan penyakit diabetes, stroke dan impotensi. Belum lagi akibatnya pada kualitas hidup yang disebabkan oleh hipersomnia atau kantuk berlebihan. Jika ada kerabat atau sahabat yang mendengkur, peringatkan. Anda menyelamatkan nyawanya.



Sumber Kompas



Info Alkes

Rabu, 24 April 2013

Rajin Berbenah Rumah Bantu Tidur Nyenyak

Kompas.com - Wanita menopause seringkali mengalami gangguan susah tidur yang diakibatkan oleh hot flashes atau serangan hawa panas. Untuk mengatasinya, jangan buru-buru mencari obat tidur karena kegiatan sederhana seperti beres-beres rumah ternyata bisa membantu mempercepat datangnya kantuk.

Hot flashes terjadi karena perubahan hormonal yang menyebabkan pembuluh darah melebar dalam upaya untuk mendinginkan tubuh. Gejala hot flashes ditandai dengan kulit memerah, berkeringat, dan denyut nadi meningkat.

Sebuah studi kecil yang dimuat dalam jurnal Menopause baru-baru ini mengatakan aktivitas fisik dapat membantu para wanita menopause untuk mengatasi gangguan ini. Namun apabila tidak punya cukup waktu untuk pergi ke gym, maka melakukan pekerjaan rumah tangga dengan kadar yang lebih tinggi dan rutin dapat dijadikan pilihan.

Para peneliti mengatakan, olahraga memperbaiki tidur secara umum, dan ternyata studi yang dilakukan pada wanita menopause juga menunjukkan hasil yang positif.

Studi ini merupakan studi yang dilakukan pada wanita lintas negara dan melibatkan 27 wanita kulit putih dan 25 wanita kulit hitam. Para peserta berusia 54 hingga 63 tahun dengan gangguan hot flashes dan berkeringat di malam hari.

Para peserta dicatat aktivitas tidurnya setiap hari dengan alat monitor tidur. Mereka juga memberikan informasi tentang tingkat aktivitas fisik yang mereka lakukan, termasuk pekerjaan rumah tangga rutin yang membutuhkan usaha ringan, sedang, dan kuat. Selain itu mereka juga memberikan informasi tentang olahraga yang dilakukan di waktu senggang.

Para peneliti menemukan, wanita dengan tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi melaporkan lebih sedikit terbangun di malam hari serta tidur yang lebih baik. Hasil ini utamanya lebih terlihat pada aktivitas mengerjakan pekerjaan rumah tangga dibandingkan dengan olahraga.

Efek positif dari aktivitas fisik utamanya terjadi pada wanita kulit putih yang tidak obesitas. Para peneliti mengatakan, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mengapa perempuan kulit hitam dan obesitas mungkin tidak mendapatkan manfaat yang sama.



Sumber Kompas



Info Alkes

Bawa Bekal Cegah Anak Jajan Sembarangan

Kompas.com - Banyak makanan dan jajanan anak di sekolah tercemar mikroba atau kuman berbahaya serta bahan kimia, terutama zat pewarna bukan untuk makanan. Rasa lapar bisa membuat anak membeli jajanan apa saja asal membuatnya kenyang sehingga mereka kurang berhati-hati memilih jenis jajanan yang sehat. Orangtua bisa mencegah kebiasaan jajan pada anak dengan cara membawakannya bekal dari rumah.

Jajanan yang tidak bersih akan menyebabkan anak menderita berbagai penyakit, misalnya diare atau muntaber. Bahan makanan yang berwarna mencolok juga dikhawatirkan mengandung bahan pewarna bukan makanan. Kebiasaan jajan makanan yang padat energi seperti makanan manis dan berlemak juga berpotensi membuat anak kegemukan.

"Sebaiknya anak bawa bekal dari rumah. Hidangan yang dibuat sendiri lebih mudah diawasi kebersihan dan kesehatannya," kata Kepala Pusat Pomkes Kementrian Kesehatan RI, dr. Lily Sulistyowati, MM. Hal tersebut dikatakannya pada pencanangan Hari Bawa Bekal Nasional (HBBN) yang digagas Kementrian Kesehatan RI dan Tupperware di Jakarta, Jumat (12/4/13).

Makanan yang bergizi dapat membantu anak tumbuh lebih sehat. Orangtua bisa membawakan anak camilan yang rendah kalori dan tinggi serat, seperti buah-buahan, kraker atau biskuit buah, jus buah, dan sebagainya. Untuk mencegah anak bosan, orangtua harus lebih kreatif dalam menyajikan variasi menu.

Kebiasaan membawa bekal akan mengajarkan anak selektif memilih jajanan. Selain itu pihak sekolah dan orangtua juga perlu mengajarkan anak cara memilih jajanan yang sehat. Edukasi ini akan terbawa sampai dewasa dan menjadi bagian dari kebiasaan.

Menurut Lily usaha mencegah anak jajan sembarangan wajib dilakukan orangtua, bekerja sama dengan sekolah. "Pendidikan bermula dari rumah. Orangtua yang peduli tentu akan membuat hidangan terbaik untuk buah hatinya," kata Lily.



Sumber Kompas



Info Alkes

Ayo, Lebih Peduli Parkinson

Kompas.com - Meningkatnya usia harapan hidup membuat jumlah penduduk berusia lanjut melonjak. Konsekuensi yang mengiringi hal tersebut antara lain peningkatan jumlah penyakit degeneratif seperti penyakit parkinson. Di RSCM Jakarta, penyakit ini masuk dalam 10 peringkat penyakit paling sering diderita.

Penyakit parkinson merupakan penyakit penurunan fungsi saraf progresif yang menyebabkan ketidakmampuan gerak yang semakin memburuk dan semakin mengganggu karena terjadi dalam jangka panjang. Makin tua usia seseorang, makin rentan ia menderita parkinson. Umumnya, penyakit ini terjadi pada orang berusia di atas 50 tahun, namun parkinson juga dapat terjadi pada orang yang berusia lebih muda.

Penderita parkinson cukup banyak di Indonesia. Di RSCM Jakarta saja setiap bulannya ada 40 sampai 50 kunjungan pasien parkinson, dan ada 3 kasus baru. Di dunia angka untuk penyakit ini mencapai 4 juta orang.

Spesialis saraf dari Rumah Sakit PMI Bogor dr. Banon Sukoandari, Sp.S mengatakan, penyakit parkinson memiliki dimensi gejala klinis yang sangat luas sehingga sangat mempengaruhi kualitas hidup penyandang maupun keluarganya.

"Meskipun bukan penyakit yang mematikan, parkinson dapat menurunkan kualitas hidup penyandang karena semakin lama mereka tidak mungkin dapat melakukan apa yang orang lain bisa lakukan, terutama yang berhubungan dengan gerakan," tutur Banon dalam Forum Edukasi Media bertajuk "Seni Parkinson: Saya dan Keluarga Kamis (11/4/2013) kemarin di Jakarta.

Walau sebenarnya sulit didiagnosis, ada empat gejala utama parkinson. Gejala paling umum yang sangat dikenal adalah tremor istirahat, yaitu gemetar tidak terkontrol- biasanya terjadi pada tangan atau kaki-saat keadaan istirahat.

Selain itu, banyak pasien yang mengalami rigiditas otot (kekakuan anggota gerak), bradikinesia (gerakan melambat), gangguan berjalan (berjalan yang kacau), dan perubahan postur (gangguan keseimbangan).

Untuk meningkatkan kepedulian masyarakat mengenai penyakit parkinson, maka Yayasan Peduli Parkinson Indonesia (YPPI) bersama Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) dan PT Roche Indonesia mengadakan seminar yang terbuka untuk umum, termasuk pasien dan keluarga pasien Parkinson. Seminar tersebut akan diadakan pada tanggal 28 April 2013 di SMESCO Building pukul 09.00-12.00.

"Dengan bertambahnya kepedulian masyarakat maka diharapkan kualitas hidup penyandang akan semakin baik karena dukungan kepada mereka terus membaik," tandas Ketua YPPI ini.



Sumber Kompas



Info Alkes

Peran Bidan untuk Menekan Angka Kematian Ibu

Kompas Images/Wisnu WidiantoroIlustrasi pemeriksaan kesehatan.

Kompas.com - Tenaga kesehatan yang langsung turun ke tengah masyarakat seperti bidan sebenarnya bisa menjadi ujung tombak untuk membantu menurunkan angka kematian ibu (AKI). Angka kematian ibu melahirkan pada 2007 mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah itu harus diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada 2015 sesuai target MDGs.


Sekretaris Asosiasi Pendidikan Kebidanan Indonesia (AIPKIND) Yetty Irawan mengatakan, di desa-desa, bidan masih menjadi andalan untuk memberikan pelayanan medis sekaligus penyuluhan pencegahan penyakit. Peran bidan antara lain membantu merencanakan kehamilan sehat, mendampingi calon ibu selama masa kehamilan, proses kelahiran, dan pasca-kelahiran.


"Jika ibu mendapat pelayanan kesehatan yang baik, khususnya dari bidan, maka angka kematian ibu bisa ditekan," ujarnya dalam konferensi pers Kongres I AIPKIND: Peningkatan Kompetensi Bidan untuk Mengatasi Disparitas Status Kesehatan Masyarakat Jumat (12/4/2013) di Jakarta. Upaya peningkatan kompetensi bidan melalui pelatihan didukung oleh DKT Indonesia, sebuah lembaga nonprofit yang bergerak di bidang pencegahan HIV/AIDS dan program keluarga berencana.


Meski peran bidan makin strategis tetapi penyebarannya belum cukup merata. Hal itu antara lain karena masih banyak desa yang sangat sulit dijangkau karena prasarana yang buruk.


"Sebaiknya ada kesepakatan antara pemerintah pusat dan daerah terkait prasarana. Agar akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan juga lebih mudah," tandas Yetty.


Yetty menambahkan, idealnya dalam satu desa yang berpenduduk sekitar 5000 orang terdapat satu bidan. Rasio 1:5000 dinilai Yetty cukup optimal bagi bidan untuk menjalankan perannya.


Dalam kesempatan yang sama, Direktur DKT Indonesia Todd Callahan mengatakan, AKI bukanlah sekedar angka, tapi maknanya sangat dalam. "Peran ibu sangat besar di sebuah keluarga. Jika ibu tidak ada, besar kemungkinan kesejahteraan keluarga akan berkurang," tandas Todd.




Sumber Kompas




Info Alkes

Selasa, 23 April 2013

Bukan Cuma Wanita yang Perlu Kontrasepsi

Petugas Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kota Banda Aceh memperlihatkan jenis alat dan obat kontrasepsi kepada warga

Kompas.com - Kontrasepsi masih dianggap urusan wanita, padahal pria pun harusnya peduli pada penggunaan kontrasepsi. Kepedulian dan dukungan pria terhadap kontrasepsi akan memperkecil kemungkinan kehamilan tak terencana yang dapat meningkatkan risiko angka kematian ibu.


Sekretaris Asosiasi Pendidikan Kebidanan Indonesia (AIPKIND) Yetty Irawan mengatakan, salah satu faktor risiko dari kematian ibu saat atau setelah proses melahirkan yaitu persiapan kehamilan yang tidak baik. Kondisi tersebut kebanyakan karena kehamilan yang tak direncakan.


"Dengan kontrasepsi, maka kehamilan tak terencana dapat dicegah," ungkapnya dalam konferensi pers Kongres I AIPKIND: Peningkatan Kompetensi Bidan untuk Mengatasi Diparitas Status Kesehatan Masyarakat di Jakarta, Jumat (12/4/2013).


Sayangnya, jumlah pemakaian kontrasepsi masih rendah di kalangan pria. Data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2012 mengatakan, ada 34,3 juta peserta KB aktif wanita, dan 1,4 juta peserta KB aktif pria.


"Laki-laki juga perperan dalam kesuksesan mencegah kehamilan tak terencana. Maka diharapkan laki-laki juga mau melakukan kontrasepsi," imbuh Yetty.


Kurangnya kepedulian pria untuk melakukan kontrasepsi disebabkan karena belum cukupnya informasi seputar kontrasepsi pria. Menurut Yetty, di sinilah peran bidan dibutuhkan. "Sebagai pemberi layanan medis, bidan juga perlu memberikan informasi kesehatan, termasuk kontrasepsi pria," tuturnya.


"Diskusi antara bidan dengan pasangan suami-istri akan dapat menentukan jenis kontrasepsi apa yang paling tepat untuk pasangan. Karena setiap pasangan memiliki kecocokan alat kontrasepsi yang berbeda," papar Yetty.


Adapun jenis alat kontrasepsi untuk wanita antara lain pil KB, suntikan, intrauterin device (IUD), implan, dan tubektomi. Sedangkan untuk pria yaitu kondom dan vesektomi.




Sumber Kompas




Info Alkes

Memakai Bra Justru Bikin Payudara Kendur?

KOMPAS.com — Penggunaan bra bagi kaum wanita dianggap sebagai kewajiban untuk menjaga kesehatan dan menyangga payudara. Namun menurut penelitian di Perancis, memakai bra sebenarnya justru membuat payudara mudah kendur.

Ditarik mundur ke belakang, kaum wanita sudah mulai menggunakan bra sejak zaman Yunani kuno. Mulai dari korset, penyangga payudara dengan punggung rendah, sampai bra modern yang elastis.

Bra modern dipatenkan oleh Mary Phelps Jacob, seorang sosialita yang membuat pakaian dalam untuk salah satu gaun malamnya. Popularitas bra meningkat selama Perang Dunia I karena kebanyakan wanita saat itu merasa perlu sebuah alat yang praktis dipakai di lingkungan kerja.

Selain fungsinya sebagai penopang payudara, bra juga didesain untuk membuat pemakainya tampil seksi bahkan membuat payudara yang kecil terlihat lebih menyembul.

Riset

Jean-Denis Rouillon, profesor dari University of Besancon, Perancis, melakukan penelitian mengenai efek penggunaan bra terhadap payudara. Menurutnya, sebenarnya wanita tak perlu memakai bra karena justru berbahaya bagi kesehatan payudara karena membuat "si bukit kembar" itu lebih gampang kendur, bahkan meningkatkan risiko nyeri punggung.

Penelitian yang dilakukan Rouillon itu melibatkan 330 wanita berusia 18-35 tahun. Sebanyak 50 orang dari mereka diminta untuk tidak memakai bra. Kemudian para peneliti melakukan pengukuran anatomi untuk mengetahui ada tidaknya perubahan orientasi menggunakan pengukur khusus berbentuk kaliper.

"Secara medis, fisiologis, dan anatomis, payudara tak mendapat manfaat dari melawan gravitasi. Bahkan, payudara membuat payudara mudah kendur," kata Rouillon.

Secara khusus ia menunjukkan apa yang terjadi jika seorang wanita tak memakai bra. Dalam setahun terjadi kenaikan puting sekitar 7 mm dan payudara juga lebih kenyal. Gurat seperti stretch mark di bagian payudara juga agak menghilang.

Salah seorang partisipan studi berusia 28 tahun yang tidak disebutkan namanya mengatakan ia sudah tidak menggunakan kutang selama 2 tahun terakhir.

"Ada beberapa manfaat yang saya rasakan, yakni bernapas lebih mudah, jarang nyeri punggung, dan tubuh terasa lebih ringan," katanya.

Nyeri punggung sejak lama dikaitkan dengan ukuran payudara yang besar dan penggunaan bra yang tidak tepat. Postur tubuh yang benar juga sangat penting untuk mencegah nyeri punggung, baik saat memakai bra maupun tidak.

Rouillon mengatakan bahwa ia sangat yakin budaya yang membuat wanita menganggap memakai bra sebagai kewajiban adalah hal yang keliru. Meski begitu, menurutnya tak semua wanita mendapatkan keuntungan dari tidak memakai bra.

"Wanita berusia 45 tahun ke atas tak akan mendapat manfaat berarti jika mereka memutuskan untuk tak lagi memakai bra," katanya.



Sumber Kompas



Info Alkes

Bidan Pun Kini Bergelar Master

KOMPAS.com — Jumlah tenaga dokter yang belum merata di seluruh pelosok tanah air membuat profesi bidan menjadi sangat penting di tengah masyarakat. Bidan bukan hanya berperan dalam membantu ibu hamil dan proses persalinan, melainkan juga berperan dalam upaya pencegahan penyakit. Karena itu, pendidikan yang baik sangat diperlukan para bidan. 

Jika dulu untuk menjadi bidan seseorang hanya menempuh pendidikan selama tiga tahun, maka saat ini tak sedikit bidan yang sudah bergelar sarjana, bahkan mendapat pendidikan master (S-2), baik dari lembaga pendidikan di dalam negeri maupun luar negeri.

Pendidikan bidan memang sudah menjadi fokus dari Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Bahkan IBI pada tahun 2008 telah membentuk badan khusus yang berfokus pada pendidikan bidan, yaitu Asosiasi Pendidikan Kebidanan Indonesia (AIPKIND).

"Kekuatan sebuah profesi berawal dari pendidikan karena, dalam masa pendidikan, seseorang dipersiapkan untuk melaksanakan tugas profesinya. Demikian pula dengan profesi bidan," ujar Ketua AIPKIND Jumiarni Illyas dalam konferensi pers Rakernas I AIPKIND, Jumat (12/4/2013) di Jakarta.

Rakernas AIPKIND, kata Jumiarni, bertujuan untuk menyusun standar pendidikan bidan sehingga dapat meningkatkan kompetensi bidan. Selain itu, dengan Rakernas ini, AIPKIND juga akan melaksanakan pelatihan dosen serta penguatan institusi pendidikan bidan dalam menghadapi akreditasi dan uji kompetensi.

Pendidikan kebidanan Indonesia kini sudah berkembang cukup baik. Pendidikan bidan di Indonesia berjumlah sekitar 726 institusi, yang 327 di antaranya sudah terdaftar dalam AIPKIND. Bahkan, tiga universitas sudah memiliki pendidikan sarjana (S-1) kebidanan, dan empat universitas memiliki pendidikan master kebidanan.

Sekretaris AIPKIND Yetty Irawan mengatakan, jumlah master kebidanan di Indonesia saat ini berkisar 280 orang, 11 orang bahkan menempuh pendidikan master di Australia dan 2 orang di Inggris. "Semakin banyak bidan yang mendapat pendidikan tinggi diharapkan kompetensinya pun semakin baik," ungkap Yetty.

Menurut Yetty, saat ini masyarakat dari semua kalangan dapat mengandalkan bidan. "Tugas bidan sangat lengkap, dari mulai mendampingi ibu merencanakan kehamilan, selama kehamilan, proses melahirkan, hingga pasca-melahirkan. Bahkan, bidan dapat menjadi penggerak masyarakat," tuturnya.



Sumber Kompas



Info Alkes

Senin, 22 April 2013

Olahraga Ringan Punya Efek Setara Pijat

Peregangan menggunakan pita elastis.

Kompas.com - Rasanya tak ada yang lebih menyenangkan selain pijat untuk menghilangkan pegal-pegal pasca olahraga. Namun, olahraga ringan ternyata sama efektifnya dengan pijatan untuk melegakan sendi yang sakit.


Rasa pegal, nyeri dan sakit pada persendian sering dialami setelah kita melakukan olahraga berat. Kondisi itu disebut juga sebagai delayed onset muscle soreness (DOMS). Pemicunya adalah jaringan otot yang teregang melebihi biasanya.


Dalam sebuah studi terhadap 20 wanita sehat berusia sekitar 32 tahun, para peneliti membandingkan efek pijatan dengan olahraga ringan untuk mengatasi nyeri persendian.


Para partisipan diminta melakukan latihan ketahanan pundak yang difokuskan pada otot-otot trapezius diantara pundak dan leher belakang. Setelah masa tunggu selama 48 jam, mereka mendapatkan 10 menit pijatan di leher dan punggung. Kemudian mereka diminta melakukan olahraga ringan menggunakan pita elastis (resistance band).


Kemduian mereka menilai tingkat rasa nyeri pada persendian dalam skala satu sampai sepuluh. Para peneliti juga mengukur ambang nyeri tekanan (pressure pain treshold/PPT) dalam otot trapezius sebelum terapi dan 10,20, dan 60 menit pasca terapi.


Hasilnya, tak ada perbedaan yang jauh antara pijatan dengan latihan ringan. Rasa nyeri sebelum mendapat terapi memiliki tingkatan 8. Setelah mendapatkan pijatan atau olahraga ringan, intensitas nyerinya sekitar 5.


Para peneliti menyimpulkan, baik olahraga dan pijatan memberikan rasa nyaman yang hampir sama pada persendian. Karena itu informasi ini diharapkan bisa berguna bagi pelatih dan terapis fisik para atlet dalam hal persiapan sebelum bertanding.




Sumber Kompas




Info Alkes

Bawa Bekal Tak Harus Nasi

Kompas.com - Banyak orang malas membawa bekal karena menganggap repot dan lama saat menyiapkannya. Padahal, membawa bekal tidak seharusnya merepotkan. Apa saja bisa menjadi  santapan praktis untuk dibawa sebagai bekal asal kita jeli dan kreatif dalam mengolah bahan masakan.

Menurut Kepala Pusat Pomkes Kementrian Kesehatan RI, dr. Lily Sulistyowati, setiap jenis makanan sebenarnya bisa dijadikan bekal. "Bekal tidak harus nasi. Yang penting praktis dan bergizi," katanya saat pencanangan Hari Bawa Bekal Nasional (HBBN) yang digagas Kementrian Kesehatan RI dan Tupperware di Jakarta, Jumat (12/4).  

Untuk masyarakat perkotaan setangkup roti lapis dan susu kemasan mungkin lebih cocok sebagai bekal menu sarapan. Sementara, bagi orang yang tidak terbiasa makan roti, bisa menggantinya dengan mi, buah, sayur, makaroni, jagung, atau umbi-umbian lainnya.  "Kalau lebih suka nasi untuk sarapan tidak masalah.  Asal tidak merepotkan dan sesuai menu sehat," kata Lily.

Ditambahkan Prof. Hardinsyah, menu sarapan bisa apa saja asalkan memenuhi unsur karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral sehingga bergizi seimbang. Bagaimanapun juga selera orang terhadap makanan pasti berbeda. Jadi, tidak ada salahnya bila kita mengganti beberapa bahan atau cara pengolahan sesuai dengan keinginan.

Menu sarapan memenuhi 30 persen dari total asupan kalori setiap harinya. Sarapan bisa menjadi sumber energi bagi tubuh setelah "berpuasa" selama 6-8 jam selama tidur. asupan ini akan membantu konsentrasi selama beraktivitas.

Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan gizi seimbang, selain sarapan juga harus diperhatikan menu makan siang dan malam. "Jangan lupa perhatikan untuk kudapannya. Bagi yang suka gorengan perhatikan minyak, bumbu, dan bahan pembuatan," kata Hardinsyah.



Sumber Kompas



Info Alkes

Jangan Tunda Pengobatan Medis Kanker Mata

Jakarta, Kompas - Kanker mata atau retinoblastoma merupakan kanker penyebab kematian tertinggi kedua pada anak. Harapan hidup anak meningkat jika gejala diketahui lebih dini dan segera mendapat pengobatan medis.

Dokter spesialis anak konsultan hematologi-onkologi di Rumah Sakit Kanker Dharmais Edi Setiawan Tehuteru dalam acara Edukasi Kanker Anak, Jumat (12/4), di Jakarta, mengatakan, umumnya pasien datang ke rumah sakit dengan kondisi kanker stadium 3 atau 4. ”Pada kondisi itu, sulit menyelamatkan pasien karena harapan hidup tinggal 20 persen,” kata Edi.

Di negara maju seperti Amerika Serikat, pasien datang ke rumah sakit saat kanker masih stadium 1 atau 2. Dengan demikian, tidak hanya mata pasien, tetapi nyawa pasien juga dapat diselamatkan.

Menurut Edi, mengenali gejala kanker mata dan mengobati sedini mungkin dapat meningkatkan angka harapan hidup pasien hingga 80 persen. Pengobatan kanker secara medis mata rata-rata perlu waktu 1,5 tahun.

Masyarakat umumnya masih enggan untuk segera melaksanakan pengobatan yang disarankan dokter. Mereka menunda pengobatan dengan dalih keputusan harus diambil oleh keluarga besar. Penundaan pengobatan berbahaya karena pertumbuhan sel kanker sangat cepat.

”Biasanya mereka mencari pengobatan alternatif lebih dulu, misalnya pengobatan herbal. Selain belum tentu berhasil baik, harga obat herbal juga kerap lebih mahal,” kata Edi.

Gejala

Kanker mata ditandai dengan manik bola mata yang berubah menjadi putih, mata juling, dan berwarna merah. Kanker mata dapat menyebabkan kebutaan. Bila terlambat ditangani, kanker ini dapat mengakibatkan kematian.

Di Indonesia, diperkirakan ada 4.100 kasus baru kanker anak tiap tahun. Belum dapat dipastikan berapa jumlah kasus kanker mata. Kanker darah (leukemia) masih menjadi kanker penyebab utama kematian anak.

Ketua Yayasan Anyo Indonesia (YAI) Pinta Manullang Panggabean mengatakan, meningkatnya kasus kanker pada anak seharusnya menjadi perhatian masyarakat. Berdasar pengalamannya mengedukasi masyarakat, banyak orang tidak tahu kanker dapat terjadi pada anak. ”Karena itu, edukasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat harus dilakukan,” katanya. (DOE)



Sumber Kompas



Info Alkes

Iuran Premi Kesehatan Idealnya Rp 27.000

KOMPAS.com - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyatakan, iuran premi sebesar Rp 27.000 menjadi ukuran ideal untuk Penerima Bantuan Iuran (PBI) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional  (SJSN). Dengan iuran tersebut, seluruh masyarakat Indonesia diharapkan mendapat pelayanan yang sama tanpa membedakan kelas ekonomi. Iuran sebesar Rp 27.000 akan dapat menjamin kualitas obat dan layanan sehingga tidak perlu diragukan.

"Angka ini sebetulnya sudah pernah dikeluarkan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN). Kita ambil karena tidak terlalu rendah," kata Sekretaris Jenderal PB IDI, dr. Daeng M. Faqih, MH, pada peluncuran Indomedica Expo 2013, Kamis (11/4/2013) kemarin di Jakarta.

Daeng mengatakan, premi tersebut ditetapkan setelah memperhitungkan unit cost yang digunakan saat pemeriksaan. Unit cost tersebut terdiri atas tenaga farmasi, kedokteran, administrasi, obat habis pakai, dan obat yang diresepkan.  Iuran tersebut tak lagi bisa ditawar. Apabila obat yang berkualitas baik harganya tinggi, maka sejumlah itulah yang harus dibayar.

Menurut Daeng mengobati pasien tidak bisa dilakukan setengah hati. "Tidak bisa kita kasih obat yang kualitasnya di bawah yang disarankan. Atau kita beri setengah resep karena duitnya kurang," kata Daeng.

Ia khawatir, bila premi terlalu rendah tenaga kesehatan tidak antusias mengobati. Sehingga, proses pemeriksaan dan pengobatan tidak bisa dilakukan dengan maksimal. Akibatnya, pasien tidak merasakan mutu terbaik dari pengobatan yang dilakukan.

SJSN sesungguhnya menjadi tulang punggung pelayanan kesehatan. Sistem ini menitikberatkan pelayanan pada unit kesehatan dasar seperti puskesmas. Sistem ini memudahkan layanan kesehatan bagi masyarakat. Pasien akan mendapat obat sesuai kebutuhan. Pasien juga ditangani dokter yang kompeten. Pasien tidak perlu pergi ke rumah sakit besar untuk mendapat layanan maksimal. Untuk pemeriksaan lanjutan, pasien perlu mendapat rujukan dari dokter di puskesmas.

Dengan sistem ini, diharapkan tidak terjadi penumpukan pasien. Dengan premi yang ada, diharapkan para dokter antusias bekerja di layanan kesehatan tersebut. Namun premi yang kecil dikhawatirkan akan menurunkan antusiasme tersebut.

"Padahal dengan pembiayaan yang baik, sistem pelayanan berjenjang bisa berjalan lancar. Perlu dipertimbangkan lagi bagaimana sistem pembiayaannya," kata Ketua PB IDI, dr. Zainal Abidin MH.



Sumber Kompas



Info Alkes

Minggu, 21 April 2013

Jangan Cuma Minum Susu untuk Sarapan

Kompas.com - Menu sarapan idealnya memenuhi sepertiga kebutuhan total kalori harian supaya tubuh tetap berenergi dan kebutuhan gizi terpenuhi. Namun cukup banyak orang yang menganggap minum segelas susu atau bahkan teh manis sebagai sarapan.

Meski dalam segelas susu terkandung karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, tetapi segelas susu sapi hanya mengandung sekitar 60 kalori.
"Jangan cuma minum susu. Lebih baik ditambah asupan lain seperti roti, mi, sereal, atau nasi," kata Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), Prof. Hardinsyah.

Keragaman kuliner Indonesia membuat kita bisa memilih berbagai jenis menu sarapan. Mulai dari umbi-umbian, aneka bubur, nasi uduk, nasi goreng, buah-buahan, sampai sayuran atau pecel yang ditambahi lontong.

Kebiasaan sarapan akan membantu seseorang lebih mudah fokus dan konsentrasi serta selalu berenergi. Bagi mereka yang tidak sempat sarapan di rumah karena alasan tempat kerja atau sekolah yang jauh, disarankan untuk membawa bekal sehingga bisa disantap di kendaraan atau di tempat tujuan.

Sarapan bukan cuma diperlukan anak-anak. Pada orang dewasa yang sedang dalam program diet, kebiasaan sarapan justru bisa mencegah kegemukan. Sarapan akan mencegah kita makan berlebihan di siang hari.



Sumber Kompas



Info Alkes

Inilah Cara Mudah Cegah Parkinson

KOMPAS.com - Parkinson, nama penyakit degenerasi saraf progresif yang disebabkan oleh kematian sel otak yang mengandung dopamin, ternyata dapat dicegah dengan melakukan kegiatan seni. Kegiatan seni yang dimaksud antara lain melukis, menggambar, membuat aneka kerajinan tangan, meronce manik-manik, keramik, patung, mozaik, dan kegiatan seni lainnya.

Dokter spesialis saraf Rumah Sakit PMI Bogor dr. Banon Sukoandari, Sp.S mengatakan, seni dapat membuat koordinasi otak dengan otot lebih baik, serta secara tidak langsung memberikan perasaan lebih bahagia. Hal inilah yang dapat mencegah ataupun memperbaiki penyakit parkinson.

"Seni dapat membuat orang lebih baik dalam menjalankan complex planning yang sulit dilakukan oleh penyandang parkinson. Complex planning merupakan perencanaan yang dibuat otak sebelum melakukan sesuatu yang berurutan," tuturnya dalam forum edukasi media bertajuk "Seni Parkinson: Saya dan Keluarga" Kamis (11/4/2013) di Jakarta.

Forum tersebut diadakan oleh Yayasan Peduli Parkinson Indonesia (YPPI) bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) dan PT Roche Indonesia, dalam rangka Peringatan Hari Parkinson Sedunia yang jatuh pada 11 April 2013.

Banon mengatakan, manfaat seni terhadap mencegah maupun meringankan gejala parkinson cukup baik, itulah yang menyebabkan pekerja seni umumnya memiliki risiko kecil untuk mengembangkan penyakit parkinson.

"Selain itu, untuk penyandang parkinson sendiri, seni dapat mengeksplor kemampuan mereka. Banyak dari penyandang parkinson yang baru mengenal seni sejak sudah menyandang parkinson, dan ternyata memiliki bakat seni," tutur Ketua YPPI ini.

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jendral Pengurus Pusat PERDOSSI dr. Diatri Nari Lastri, Sp.K (K) dari Rumah Sakit dr. Ciptomangunkusumo (RSCM) mengatakan, penyakit parkinson memang belum diketahui secara pasti faktor pemicunya. Namun genetik dan lingkungan merupakan faktor risiko dari penyakit ini.

"Belum ada pengobatan kausatif, yang ada baru pengobatan simtomatis yang mengatasi gejalanya," ujar Nari.

Seni menjadi salah satu terapi dalam memperbaiki gejala dari parkinson. Kombinasi obat-obatan dan terapi merupakan pengobatan yang terbaik bagi penyandang Parkinson.



Sumber Kompas



Info Alkes

Proses Saat Tidur Matangkan Kemampuan Otak

KOMPAS.com - Masih ragu dengan pentingnya kesehatan tidur? Bukti-bukti ilmiah tentang pentingnya tidur terus bertambah. Nah, yang terbaru adalah tentang pentingnya tidur bagi perkembangan otak.

Penelitian yang terbit pada American Journal of Physiology: Regulatory,Integrative and Comparative Physiology, edisi Februari 2013 menunjukkan perubahan-perubahan gelombang otak tidur pada masa pra remaja. Pematangan sel-sel saraf ini terjadi pada peralihan masa kanak-kanak ke remaja.

Tidur memiliki tahapannya sendiri sepanjang malam berdasarkan gelombang otak selama tidur. Dua pembagian besar adalah tahap tidur REM dan tidur NonREM. Tahapan tidur NonREM (NREM) dibagi lagi menjadi tahap tidur N1, N2 dan N3. N1 merupakan tahap tidur ringan, N2 tidur sedang, dan N3 adalah tahap tidur dalam.

Penelitian ini melihat gelombang otak delta dan theta pada tahap tidur REM dan NonREM di rentang usia 6-18 tahun. Lalu dinilai perubahan-perubahan gelombang delta yang terjadi. Perubahan delta power seiring bertambahnya usia berkaitan langsung dengan proses pematangan otak dan kemampuan berpikir kompleks manusia.

Delta power NREM meningkat sejak usia 6 hingga 8 tahun lalu menurun. Penurunan aktivitas delta tampak paling banyak di usia 12 sampai 16,5 tahun. Sementara pada tidur REM sejak usia 6 tahun aktivitas delta justru sudah menurun, dan terus turun hingga usia 16 tahun.

Penemuan baru ini menunjukkan bagaimana proses tidur penting bagi perkembangan otak anak-remaja. Terutama dalam rentang empat setengah tahun, dari usia 12-16,5 tahun tidur jadi amat penting. Melihat perubahan pada gelombang otak tidur, sebenarnya merupakan cerminan bagaimana proses tumbuh-kembang dan pematangan saraf-saraf otak terjadi.

Jadi, jika tidur dianggap sebagai fase kehidupan yang tidak aktif, ternyata justru sebaliknya. Segala proses tumbuh-kembang dan pematangan kemampuan otak justru terjadi saat tidur.



Sumber Kompas



Info Alkes

Sabtu, 20 April 2013

Ditemukan Cara Deteksi Risiko Alzheimer

Kompas.com - Kendati belum diketahui penyebab pasti dan obat penyakit Alzherimer, namun akhirnya ada titik terang dalam hal identifikasi siapa yang beresiko terkena penyakit ini. Para peneliti asal Amerika Serikat menemukan penanda (marker) genetik yang dapat membantu menentukan apakah seseorang memiliki risiko mengembangkan penyakit Alzheimer atau tidak.

Alzheimer adalah penyakit orang yang sudah berusia lanjut. Penderitanya akan mengalami hilang ingatan secara perlahan. Dari taraf ringan hingga mengganggu sistem bicara dan bahasa serta penalaran abstrak. Pada akhirnya Alzheimer akan menghancurkan sistem fungsional otak secara keseluruhan.

Penelitian yang dimuat dalam jurnal Neuron menemukan adanya mutasi yang mempengaruhi pembentukan protein tertentu di otak. Protein ini disebut protein tau. Kadar protein tau yang tinggi di otak meningkatkan risiko penyakit Alzheimer.

Para pakar kesehatan di Inggris mengatakan bahwa studi ini dapat membantu menjelaskan perubahan otak yang terjadi pada pasien Alzheimer. Protein tau yang rumit atau disebut juga dengan tau terfosforilasi merupakan tanda awal dari penyakit ini.

Sebelumnya, suatu jenis gen baru yang ditemukan oleh tim peneliti dari Washington University School of Medicine juga menunjukkan hubungan risiko Alzheimer dan risiko lebih besar dalam penurunan kemampuan kognitif atau daya ingat.

Dalam penelitian terkini digunakan informasi genetik pada lebih dari 1.200 orang, yang secara signifikan berskala lebih besar daripada penelitian sebelumnya. Ketua studi dr. Alison Goate mengatakan, hasil temuan tentang peran gen pada penyakit Alzheimer diharapkan dapat menjadi target baru dari terapi penyakit ini.

Gaya Hidup Turut Berperan

Para pakar kesehatan Inggris mengatakan studi ini menambah bukti dari marker genetik yang sudah sebelumnya dikaitkan pada perkembangan penyakit Alzheimer.

Direktur penelitian dan pengembangan di Alzheimer's Society dr. Doug Brown mengatakan, dengan penemuan gen baru yang memiliki kaitan dengan Alzheimer, studi ini membantu para peneliti untuk lebih mengerti bagaimana perubahan di otak saat terjadi demensia.

"Hasil penelitian ini dapat membantu dalam merancang pengobatan untuk menghentikan perubahan otak sehingga dapat memperlambat atau menghentikan efek demensia," tutur Brown.

Meski demikian, lanjut Brown, penting untuk menekankan gaya hidup sebagai faktor yang berperan dalam menentukan penyakit tersebut. "Dan penelitian telah menunjukkan bahwa makan seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, rutin memeriksakan tekanan darah dan kolesterol adalah kunci untuk menurunkan risiko demensia.



Sumber Kompas



Info Alkes

Obat Baru Kanker Payudara Perpanjang Umur Pasien

Kompas.com - Sebuah obat baru untuk kanker payudara dengan nama generik Kadcyla telah disetujui oleh badan pengawas obat dan makanan AS (FDA). Obat tersebut diklaim mampu meningkatkan harapan hidup pasien stadium lanjut hingga enam bulan lebih lama.

Kadcyla menargetkan pada sel-sel tumor, tanpa merusak sel-sel yang sehat. Obat ini dapat membantu meningkatkan usia harapan hidup secara lebih berkualitas. Salah satu pasien, Lisa Canales (50), yang telah berjuang melawan kanker payudara selama 15 tahun merasakan adanya perbaikan sejak mendapatkan obat Kadcyla.

"Cara yang baik untuk menjelaskan mekanisme obat ini ialah dengan perumpamaan; jika kita ingin mematikan satu lampu pada langit-langit, kita harus mematikan semua lampu. Namun dengan obat ini, kita dapat pergi pada satu lampu yang ingin kita matikan tanpa mematikan lainnya," tutur dr. Marc Citron, Direktur pelayanan kanker di ProHealth Care Associates.

Citron mengatakan, obat ini dapat memberikan keuntungan lebih baik daripada pengobatan yang sebelumnya. Hal ini karena obat ini dapat menunda perkembangan sel kanker selama beberapa bulan. Kadcyla memberikan pengobatan lebih baik dengan efek samping yang lebih kecil.

"Pengobatan ini luar biasa, karena dapat memberikan saya kesempatan untuk melakukan hal-hal yang saya perlu kerjakan. Saya tidak punya waktu untuk merasa buruk, karena saya telah menghabiskan 16 tahun waktu saya dengan kanker," ujar Canales.

Obat ini digunakan terutama untuk kanker pada pada stadium penyebaran atau metastasis dengan gen Human Epidermal-growth factor Receptor-2 (HER-2) positif. HER-2 positif adalah suatu protein yang diproduksi oleh gen yang potensial menyebabkan kanker. Penggunaan Kadcyla dikombinasikan dengan obat Herceptin (trastuzumab) dan juga kemoterapi taxane.

Dokter berharap penggunaan Kadcyla dapat semakin luas untuk melawan kanker payudara di masa mendatang.

"Obat ini sedang diperiksa untuk digunakan pada stadium kanker payudara yang lebih awal, baik pada pasien sebelum operasi, dan pasien sesudah operasi. Secara umum, bila suatu obat efektif untuk kanker stadium akhir, maka akan lebih efektif untuk stadium sebelumnya," papar Citron.



Sumber Kompas



Info Alkes

Terapi untuk Kelainan Janin

Dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan untuk memastikan dugaan janin gagal hidup.

KOMPAS.com - Perkembangan ilmu kebidanan saat ini memungkinkan untuk memberikan terapi dengan intervensi intra-uterin pada janin. Terapi dengan intervensi intra-uterin memungkinkan dokter untuk memberikan perlakuan pada janin tanpa melakukan tindakan operasi besar.


Terapi dengan intervensi intra-uterin ini khususnya untuk mengoreksi kelainan pada janin yang diakibatkan oleh cacat bawaan. Cacat bawaan dapat disebabkan faktor genetik atau lingkungan. Namun menurut spesialis kebidanan Rumah Sakit Premier Bintaro (RSPB) dr. Nurwansyah, Sp.OG, hingga 80 persen cacat bawaan tidak ketahui penyebabnya.


"Cacat bawaan disebabkan oleh multifaktorial, sehingga hingga kini belum dapat diketahui secara pasti," ujar Nurwansyah dalam Seminar Dokter yang bertajuk "Updates in Maternal - Fetal Medicine" Sabtu (6/4/2013) di RSPB Tangerang. Bahkan virus seperti toksoplasma, lanjut Nurwansyah, justru sangat jarang menyebabkan cacat bawaan, yaitu kurang dari 1 persen.


Maka, untuk mengantisipasi adanya cacat bawaan pada janin, diperlukan terapi dengan intervensi intra-uterin yang didahului dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Pemeriksaan USG bertujuan untuk mendeteksi adanya cacat bawaan pada janin.


"Diagnosa dari hasil USG merupakan yang terpenting karena sangat menentukan tindakan apa yang selanjutnya dilakukan," tutur Nurwansyah.


Beberapa kelainan pada janin yang dapat dilakukan terapi dengan intervensi intra-uterin yaitu anemia janin. Anemia janin dapat terjadi jika ada perbedaan rhesus ibu dengan janin. Perbedaan rhesus tersebut akan menyebabkan janin tidak mendapatkan nutrisi dari darah ibu karena tubuh ibu membentuk antibodi terhadap darah janin.


"Jika dibiarkan, maka janin hanya maksimal bertahan hidup hingga tujuh bulan dan meninggal," ujar Nurwansyah.


Ia melanjutkan, terapi untuk kasus ini yaitu dengan imunisasi pada ibu agar tidak menghasilkan antibodi dalam bentuk anti-rhesus.


Adapula kelainan hidrothorax, yaitu adanya cairan di rongga thorax. Cairan dapat dikeluarkan dengan penusukan langsung di bagian tersebut. Begitupula dengan hidrocepalus, yaitu kelebihan cairan di otak.


Selain beberapa kelainan akibat cacat bawaan yang sudah disebutkan, masih ada lagi kelainan yang memungkinkan untuk dilakukan terapi dengan intervensi intra-uterin. Namun, adapula kelainan yang membutuhkan perlakuan lain.


Nurwansyah memaparkan, ada beberapa kategori diagnosa yang tentu memerlukan perlakuan yang berbeda. Jika pertumbuhan terhambat dilakukan koreksi, salah satunya dengan terapi. Untuk penyakit yang berkembang, maka perlu dilakukan percepatan kelahiran.


Bahkan ada pula yang lebih baik dilakukan aborsi karena keadaan janin tidak memungkinkan untuk hidup baik dan sehat setelah dilahirkan. "Namun keputusan ini seringkali masih menjadi dilema dan ironi," ungkap Nurwansyah.




Sumber Kompas




Info Alkes

Jumat, 19 April 2013

Belajar Jalan Lebih Cepat Belum Tentu Anak Hebat

Kompas.com - Dalam hal kemampuan berjalan, kebanyakan orangtua menilai anak yang mampu berjalan lebih cepat dari usianya sebagai anak yang hebat. Padahal, dalam jangka panjang kemampuan berjalan yang lebih cepat tersebut tidak berpengaruh banyak kemampuan motorik anak.

Bayi biasanya mulai belajar berjalan mulai usia 10 bulan dan siap berjalan sendiri di usia setahun. Namun, ada juga anak yang mulai berjalan di usia 9 bulan atau usia 18 bulan. Menurut penelitian yang digelar di Swiss, bayi yang berjalan lebih cepat dari tahap perkembangannya tidak berpengaruh banyak pada kemampuan motoriknya di kemudian hari.

Para peneliti menemukan bahwa bayi yang mulai bisa berjalan di usia 9 bulan tidak lebih memiliki kemampuan motorik lebih baik daripada bayi yang terlambat berjalan. Demikian hasil yang dimuat dalam studi yang dipublikasi di jurnal Acta Paediatrica ini.

Para peneliti menganalisa kecerdasan dan kemampuan koordinasi dari 222 bayi yang sehat hingga mereka mencapai usia 18 tahun. Mereka mengambil kesimpulan bahwa hanya ada hubungan kecil bahkan hampir tidak ada hubungan sama sekali antara kemampuan awal berjalan dengan perkembangan di kemudian hari.

Kemampuan bayi untuk belajar duduk tanpa bantuan dan berjalan paling tidak lima langkah tanpa berpegangan juga dicatat. Rata-rata, para bayi dapat melakukan hal tersebut pada usia enam setengah bulan. Namun ada pula bayi yang baru bisa melakukannya setelah melalui usia satu tahun.

Juru bicara tim peneliti mengatakan, waktu berjalan benar-benar tidak memiliki konsekuensi. Anak yang mulai bisa berjalan lebih cepat tidak terlihat memiliki tingkat kecerdasan dan kemampuan koordinasi yang lebih baik.

Profesor Mitch Blair dari Royal College of Paediactrics and Child Health mengatakan, orangtua seringkali mencemaskan bila anaknya berjalan lebih lambat daripada anak seusianya. "Padahal itu tidak berpengaruh pada perkembangan anak." ujarnya.

Ia mengatakan, orangtua dapat memeriksaan anaknya apabila hingga usia 18 bulan anak mereka masih belum dapat berjalan.



Sumber Kompas



Info Alkes